TRIBUNNEWS.COM - Peringatan Hari Guru Nasional masih dibayangi dengan potret pilu sebagian guru yang belum merasakan upah yang layak.
Masih ada guru yang yang sampai dengan saat ini rela mengajar walau upah hanya ratusan ribu rupiah bahkan puluhan ribu rupiah.
Berikut kisah para guru yang masih berpenghasilan rendah, yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Kisah Musri Guru Honorer yang Berpenghasilan Rendah, Pagi Mengajar, Malam jadi Hantu Jadi-jadian
Kisah pilu datang dari seorang guru honorer di Sumatera Utara (Sumut) bernama Musri (46).
Dengan penghasilan Demi memenuhi kebutuhan hidupnya guru honorer di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, harus rela menjalani dua profesi yang berbeda.
Jika siang dia memberikan pendidikan untuk murid-murid di SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, maka malam dia harus nyambi sebagai penyanyi 'hantu' organ tunggal.
Guru honorer di Sumut, Musri (46) mengaku hanya dibayar Rp 700 ribu sebulan setiap tiga bulan sekali.
Penghasilannya yang terbatas meski sudah melakoni profesi sebagai guru selama 20 tahun, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, Musri rela menjadi hantu jadi-jadian.
Sepuluh tahun belakangan ini dia rela berperan sebagai hantu penghibur dalam rombongan keyboard (organ tunggal) yang sering diundang pada pesta khitanan atau pernikahan di kampung-kampung.
Baca: Ekspresi Muhadjir Effendy saat Nadiem Makarim Sampaikan Pidato dalam Upacara Hari Guru Nasional 2019
Baca: 7 Film Indonesia tentang Perjuangan Guru, Cocok Ditonton di Momen Hari Guru Nasional
Di Kabupaten Serdangbedagai, hiburan ini sering dikenal sebagai Keyboard Mak Lampir.
"Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan. Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong."
"Nge-job-nya sama kawan-kawan dan sebulan minimal bisa tampil empat sampai enam kali."
"Sekali tampil bisa bergaji Rp100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara," kata Musri Senin, (25/11/2019).