Nurhadi pun mengatakan umumnya mereka yang tergabung adalah orang-orang yang menghadapi persoalan di kehidupannya.
"Orang yang putus asa mudah digerakkan, mereka juga lebih mudah untuk dimanipulasi karena pemikiran mereka," ujarnya kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon.
Nurhadi juga menjelaskan, modus umum penipuan dari Totok.
"Jadi dia pernah berhasil melakukan suatu penipuan di tempat yang berbeda lalu lari, tetapi targetnya sama."
"Mungkin dia menulis di suatu postingan, dia bercerita atau dia berpidato dan orang-orang menjadi tertarik bergabung," tuturnya.
Sebagaimana diketahui Totok memang sudah pernah muncul di media pada 2016.
Toto pernah diwawancarai Tribunnews terkait organisasi soial yang dia buat di Yogyakarta, Jogjakarta Development Committe (JOGJA-DEC).
Warga sempat menduga JOGJA-DEC mirip dengan organisasi Gafatar, yang mendoktrin pengikutnya rela menyerahkan harta benda dengan suka rela untuk organisasi.
Saat itu, Toto menjelaskan tujuan JOGJA-DEC kepada Tribunnews, khususnya janji keuntungan uang dalam bentuk dollar kepada pengikutnya.
"Kami akan berikan uang pada anggota yang sudah terdaftar sebesar 100-200 dollar per bulan dalam bentuk dana kemanusiaan melalui koperasi yang akan kami bentuk," katanya saat itu.
Nurhadi yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memberi apresiasi kepada polisi.
"Beruntung polisi bertindak dengan cepat dan berhasil menangkapnya."
"Kalau tidak mungkin dia akan lari kemudian membuat lagi modus yang sama di tempat berbeda," kata Nurhadi.
Sebelumnya diberitakan, publik dihebohkan dengan keberadaan Keraton Agung Sejagat.