Tugiono menyampaikan, perkataan kasar tersebut berawal dari teguran guru agama yang tidak direspon oleh sang siswi.
"Jadi saat itu 2 November 2019 lalu si anak ini sedang berada di kapal roro. Siswi tersebut dengan seorang teman laki-lakinya duduk di atas motor. Hanya saja posisinya si wanita di depan, laki-laki di belakang, sambil pegangan tangan.
Jadi guru agamanya ini melihat dan langsung menegur dua siswanya itu," ujarnya dalam pertemuan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi lV Sirajudin Nur dan turut serta dihadiri anggota Komisi, serta pihak KPPAD, Disdik Kepri, dan Sekolah, Selasa (21/1/2020).
Ia melanjutkan, teguran yang dilontarkan guru agama ternyata tidak digubris oleh siswi tersebut. Sehingga keluarlah perkataan kasar tersebut.
"Saat itu pengakuan guru tersebut kepada saya, bahwa emosi saat ditegur malah tidak dihiraukan. Apalagi saat itu ada siswa lainnya, dan masyarakat juga," ujarnya.
Baca: PDI Perjuangan Buka Pendaftaran Calon Gubernur Kepri 30 September, Soerya Respationo Siap Bertarung
Baca: Mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri Tersangka Kasus Korupsi Monumen Bahasa
Atas kejadian di kapal roro tersebut, si anak tidak datang untuk bersekolah.
Pihak sekolah pun menyurati orangtua siswi agar datang mencari solusi atas persoalan tersebut.
"Surat pemanggilan itu pada hari Senin, tapi orang tua terlebih dahulu datang satu hari sebelum pemanggilan," ucapnya melanjutkan cerita.
Dijelaskannya dalam pertemuan itu, orang tua siswa sangat keberatan atas ucapan oknum guru tersebut dan meminta sekolah memberikan kebijakan.
"Saya bilang saat itu pasti kami ambil kebijakan. Saya sebagai kepala sekolah punya tanggung jawab. Orang tuanya bilang, anaknya nggak mau sekolah lagi. Tapi minta pindah usai ujian semester ganjil," ucapnya.
Ia melanjutkan, saat pertemuan tersebut dirinya juga sudah memanggil guru bersangkutan, dan sudah saling memaafkan atas kejadian itu.
"Ada empat poin dalam pertemuan itu. Pertama, sudah saling memaafkan kedua belah pihak. Kedua, persoalan ini diselesaikan kekeluargaan tanpa melibatkan pihak lain. Ketiga, anaknya mau dipindahkan, tapi minta sampai selesai ujian semester ganjil, dan keempat sekolah akan menyiapkan segala administrasi kelangkapan untuk pindah sekolah," ujarnya.
Ia menyampaikan, dari pertemuan tersebut, nantinya akan diselesaikan pada esok harinya Senin, sesuai surat pemanggilan.
"Namun kami tunggu kok tak kunjung datang orang tua siswinya. Pas saya telpon orang tua yang perempuan, kaget saya. Jawaban orang tuanya, kami tidak akan kesekolah. Bingung saya jadinya. Kok tiba-tiba ingkar janji orang tuanya.