TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini kegiatan susur sungai pramuka menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat Indonesia.
Sebab kegiatan yang dilakukan SMPN 1 Turi, Sleman itu merenggut nyawa 10 orang korban.
Rupanya kegiatan tetap dilakukan, meski bersamaan dengan datangnya air hujan.
Sebanyak 249 orang siswa pun hanyut terbawa arus pada Jumat (21/2/2020) lalu.
Meski mengalami trauma dan luka-luka, sebagian siswa-siswi masih bisa menyelamatkan diri.
Selebihnya, 10 orang siswi tewas, karena tak bisa menahan derasnya air bah yang datang.
Di jagat maya sendiri, kegiatan pramuka menjadi sorotan.
Foto-foto kegiatan pramuka yang dirasa kurang pantas pun tersebar.
Di antaranya adalah foto para anggota pramuka makan beralaskan rumput dan tidur di lumpur.
Warganet pun menyayangkan atas beberapa kegiatan pramuka yang 'kurang layak' diajarkan.
Baca: Kegiatan Pramuka di Alam Terbuka Tak Bisa Dilakukan Sembarangan, Begini Aturannya
Baca: Kesaksian Pemancing Selamatkan Puluhan Siswa Hanyut SMP 1 Turi, Dengar Jeritan Minta Tolong
Batasan kegiatan kepramukaan
Sekretaris Kwartir Daerah (Kwarda) Jawa Tengah, Ahmad Istajib mengatakan kegiatan pramuka pada dasarnya memiliki sebuah batasan.
"Lebih pentingnya kegiatan pramuka harus menekankan pada prinsip dasar dan metode kepramukaan," ujar Istajib kepada Tribunnews.com, Senin (24/2/2020).
Bunyi prinsip dasar kepramukaan :