Bahkan Agus sempat menanyakan apakah butuh air mineral yang kemudian ditolak oleh Andi.
"Dia hanya bilang kalau di dalam sumur gelap gulita, saya ajak komunikasi biar dia tidak panik," paparnya.
Tim Damkar lalu bergegas menata peralatan khusus evakuasi di sumur seperti tali temali, tripod dan lainnya.
Menurut Agus waktu pemasangan alat hingga evakuasi membutuhkan waktu 20 menit.
Selama proses evakuasi berlangsung lancar, meskipun petugas kesulitan menahan beban Andi seberat sekira 90 kilogram dengan ukuran diameter sumur yang hanya sekira 1 meter.
Lalu Ibu korban juga menangis histeris saat proses evakuasi lantaran khawatir kondisi anaknya.
Sebaliknya korban sangat mematuhi intruksi petugas dan cenderung bersikap sangat tenang.
"Ketika dievakuasi Andi sedang duduk di dalam sumur yang di dalam sumur itu masih ada air dengan ketinggian 1 meter," katanya.
Agus menilai ada kejaiban dalam kejadian itu sebab kondisi Andi baik-baik saja tidak ada luka parah seperti patah kaki atau lainnya.
Padahal melihat kondisi kedalaman sumur, diameter lubang sumur dan kondisi berat tubuh korban yang tambun.
Korban hanya mengalami sesak nafas karena lubang sumur yang sempit.
"Alhmdulillah korban hanya mengalami sedikit luka lecet di kaki kiri dan punggung," bebernya.
Setelah berhasil dievakuasi, korban segera ditangani oleh tim medis.
Sedangkan Kabid Operasional dan Penyelamatan Damkar Kota Semarang, Trijoto Poejo meminta kepada pemilik sumur untuk membuat bangunan permanen menggunakan bis beton agar mengetahui keberadaan sumur atau pagar pengaman.