"Memang tingkat kematian di Jatim tinggi sekitar 8,3 persen. Artinya transmisi lokal di level masyarakat itu masih banyak.
Kita tidak lihat kan ada orang tanpa gejala atau gejala ringan, sedang masih banyak dan itu mereka beredar sehingga menularkan kemana-mana juga.
Jadi kalau masyarakat tidak protokol kesehatan penularan tambah tinggi jadi makin banyak mengalir ke rumah sakit dan itu yang bikin tenaga kesehatan makin kewalahan," jelasnya.
Dalam mengurangi tingkat risiko penularan, Sutrisno berharap di masa transisi new normal, ia berharap semua pihak di lapisan masyarakat menjadi pioner untuk mengajarkan gaya hidup bersih.
"Artinya apapun konsepnya selama orang masih tidak patuh protokol ya tetap virus akan tetap berpindah.
Jadi sekarang protokol itu sudah saatnya bergeser misalnya di tingkat RT/RW, Kecamatan, pemilik pabrik, mal, sekolah, pesantren harus jadi pioner untuk mengawasi agar setiap anggotanya disiplin menjalankan protokol yang ditetapkan," tutupnya.
Dokter Dibyo Dimakamkan dengan Protokol Covid-19
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bangkalan Dr Dibyo Hariyanto (53) menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (14/6/2020) sore.
Tata cara pemakaman dilakukan melalui protokol Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Keputih Surabaya.
Ketua Satgas Covid-19 RSUD Syamrabu Bangkalan dr Catur Budi mengungkapkan, dr Dibyo merupakan pasien jantung yang masuk IGD RSUD Syamrabu pada Sabtu (13/6/2020) pagi
"Sabtu sore saya periksa, gambarannya kok pneumonia di (paru) kanan-kirinya. Kami langsung swab," ungkap dokter spesialis paru ini kepada Surya, Senin (15/6/2020).
Ia menjelaskan, keesokan harinya, Minggu (14/6/2020) almarhum tengah dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Surabaya.
"Sudah mau diberangkatkan untuk dirujuk karena butuh ventilator. Tapi oksigen nya tambah menurun," jelas dr Catur.
Ia menerangkan, almarhum dr Dibyo Hariyanto merupakan dokter umum yang selama ini membuka praktek pribadi di Kecamatan Blega.
"Agak rawan memang, kadang pasien kita tidak terus terang. Atau APD dokternya tidak lengkap. Sehingga bisa saja tertular pasien," pungkasnya.
Ketua IDI Bangkalan dr Farhat Suryaningrat mengungkapkan, tindakan rapid tes terhadap almarhum menunjukkan hasil non reaktif.
"Perkembangan pneumonia Covid pada paru-paru beliau sangat cepat, mengarah ke Covid. Non reaktif karena karena ada kencing manis," ungkapnya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin itu menyatakan, meninggalnya dr Dibyo merupakan realitas yang dihadapi para petugas medis di tengah wabah Covid-19.
Apalagi, lanjutnya, dengan berkembangnya tuduhan konspirasi terhadap para petugas medis.
"Kami juga korban atas wabah ini. Tidak ada yang diuntungkan dengan kejadian ini. Kami tidak minta dipuja, tidak pula disanjung. Tapi jangan menuduh kami dengan konspirasi," tegasnya.
dr Farhat mengimbau masyarakat tetap mematuhi disiplin protokol kesehatan guna menekan angka penyebaran Covid-19 di Kabupaten Bangkalan.
"Silahkan jika masyarakat ingin beraktifitas untuk alasan perekonomian, tapi pakailah masker dan sering cuci tangan," pungkasnya.
175 Nakes Jatim Terpapar Covid-19
Di bagian lain, tenaga kesehatan di Jawa Timur yang gugur akibat covid-19 terus bertambah. Hingga saat sudah ada sebanyak 175 tenaga kesehatan Jatim yang terpapar covid-19 dan tiga persennya meninggal dunia.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso, dalam jumpa pers di Gedung Negara Grahadi, Senin (15/6/2020), malam.
“Total nakes yang terpapar covid-19 sudah 175 orang per hari ini. Yang meninggal dunia ada tiga persen. Dari jumlah tersebut yang paling banyak terpapar virus adalah dokter dan perawat namun paling banyak masih perawat,” kata Kohar.
Jika dirinci detailnya dari 175 tenaga kesehatan yang terpapar covid-19 ada sebanyak 50 orang yang sedang menjalani perawatan, yang sudah sembuh 119, dan yang meninggal dunia 6 orang.
Tenaga kesehatan yang paling banyak terpapar covid-19 adalah Kota Surabaya dengan jumlah 45 orang. Kemudian disusul Kabupaten Lamongan ada sebanyak 19 orang, Kabupaten Pasuruan sebanyak 12 orang dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 12 orang serta Kabupaten Tulungagung sebanyak 8 orang.
Lebih lanjut Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa terbaru ada tenaga kesehatan yang meninggal dunia adalah dari dokter dari Kabupaten Bangkalan dr Hibyo Hardjanto dan juga dari Kabupaten Sampang adalah dr Deny Dwi Yuniarto.
“Kawan kami yang meninggal dunia dari Sampang orang tuanya menelfon ke kami menyebutkan bahwa dia meninggal karena covid-19, istrinya beliau saat ini juga sedang sakit dan mertuanya meninggal belum lama ini juga karena positif covid-19,” kata Joni.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan covid-19. Terlebih sampai saat ini masih banyak yang tidak percaya dengan covid-19 dan menyebut bahwa covid-19 hanya akal-akalan belaka.
“Covid-19 ini tidak terlihat tapi dampaknya sangat bisa kita rasakan. Penyakit ini sangat menular sehingga vaksin terbaik adalah melakukan pencegahan penularan lewat penerapan protokol kesehatan,” pungkas Joni.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Sehari Dua Dokter di Jatim Meninggal Dunia Karena COVID-19, Bertugas di RSUD Sidoarjo & Bangkalan