Menurut Ali, mereka sudah mendapatkan izin dari sang pemilik kosan untuk menggunakan WiFi tersebut.
Namun, lanjut Ali, pemilik kosan memberikan syarat, untuk tidak menyebarkan kata sandi WiFi ke orang lain.
"Yang punya WiFi sudah meninggal, tapi dia kasih izin kami buat pake WiFi-nya," kata Ali.
Meski sudah ada alternatif lain pengganti kuota, namun Ali dan temannya masih mendapati kendala.
Terutama saat hujan turun, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran pada hari itu.
"Kadang gak bisa absen, kadang juga ngirimnya telat jadi gak diterima lagi sama gurunya," timpal Firnando.
Siswa kelas 9 SMP Negeri 19 Bandar Lampung ini mengaku pasrah saat hujan turun di pagi hari.
Karena tak ada pilihan lain selain menggantungkan akses internet dari WiFi milik tetangga.
"Kalau kuota ada enak, masih bisa kirim tugas, ikut Zoom."
"Ya kalau lagi gak ada, terpaksa absennya dibuat alpa (tidak hadir)," terangnya.
Tak ubahnya Ali, Firnando pun hanya mendapatkan jatah kuota internet dari orang tuanya 1,5 GB per minggu.
Jatah tersebut, diakui Firnando, jauh dari kata cukup, karena penggunaan perhari bisa lebih 500 MB.
Kondisi keuangan ayah Firnando yang hanya bekerja sebagai juru parkir, sangat tidak memungkinkan untuk memberi kuota lebih.
Keberanian Ali dan kawan kawan berburu WiFi tetangga jadi perhatian warga sekitar.