Berlari ia mendaki jalan setapak, tak menghiraukan keselamatan dirinya.
Di benaknya, ia hanya berpikir harus cepat sampai Pos Plawangan.
Suara gemuruh semakin keras terdengar.
Napas Panut tersengal-sengal saat pendakian kilat itu. Ketika meniti tanjakan di sisi timur Kali Boyong, Panut menoleh ke alur sungai.
“Gelombang awan panas sudah membanjiri sungai. Di sisi barat melambung menabrak bukit Turgo,” jelasnya.
Panut tak berhenti. Ia terus berlari menuju Pos Plawangan.
“Awan panas itu paling besar yang pernah saya lihat.
Bergulung-gulung dari lereng, menyusuri Kali Boyong.
Hari berikutnya saya baru tahu jarak luncurannya mencapai 6,5 kilometer,” ujar kakek 7 cucu ini.
“Ujung luncuran awan panas sampai di sebelah barat Museum Ullen Sentalu sekarang,” imbuh Panut yang alumni Sekolah Teknik Negeri 4 Pakem (setara SMP).
Ketika ia akhirnya mencapai Pos Plawangan, Sugiyoto juga baru saja kembali dari arah Tlogo Putri.
Rupanya ketika luncuran awan panas terbesar terjadi, Giyoto, panggilan akrab Sugiyoto, berusaha menyelamatkan diri turun ke Kaliurang lewat jalur Tlogo Putri.
Tapi akhirnya ia batal turun begitu ingat, sebelumnya menelepon Panut.
Ia berpikir pasti sejawatnya itu akan menyusul jika terjadi letusan.
Baca juga: Viral Prosesi Wisuda di Puncak Gunung Marapi, Harus Mendaki 7 Jam, Berhasil Raih Rekor MURI