Melihat misi kemanusiaan keduanya harus melalui jalan terjal dan curam, aparat desa setempat memusatkan pengobatan di rumah Kepala Desa Popenga, Muslimin.
Di halaman rumah pak desa, dr Feddy pun beraksi. Ia sibuk meladeni puluhan warga yang datang untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.
Mulai dari sakit kepala, lambung hingga hipertensi dikeluhkan warga setempat.
"Umumnya kebanyakan warga mengaku ada yang sakit kepala semacam pusing, ada yang sakit lambung sama hipertensi," kata dr Feddy.
Saat jadwal pengobatan berakhir tepat pukul 12.30 Wita, muncul seorang warga bernama Juhadil (35) asal Dusun Batang Nato, tiga kilometer dari rumah pak Desa Muslimin.
Juhadil mengeluh patah pada lengan tangannya akibat terjatuh saat lari dari dalam rumah akibat guncangan gempa.
Juhadil pun diberi obat oleh dr Feddy, tangannya diperban layaknya perawatan pada orang patah pada umumnya.
Seusai melayani Juhadil, dr Feddy dan Letkol Marinir Laode Jimmy pun menuju lapangan tempat heli mendarat.
Jadwal penerbangan menuju KRI dr Soeharso telah disampaikan oleh pilot Lettu Laut (P) Baron, tepatnya sekitar pukul 14.00 Wita.
Namun, saat hendak menyalakan mesin heli. Tiba-tiba awan tebal menyelimuti langit desa yang dikelilingi bukti terjal itu.
Sang pilot memilih mengurunkan waktu untuk terban pukul 14.00 Wita.
Sembari menunggu cuaca kembali bersahabat, Letkol Laode dan tiga pilot heli memilih berbincang santai dengan warga setempat.
Kurang sejam berbincang, warga dari Dusun Lemo-lemo Desa Ulumanda menghampiri.