TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Belum lama ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan pemodelan matematika untuk mengukur potensi gempa terkuat dan tinggi maksimum tsunami yang bisa menyapu Jawa Timur.
Berdasarkan pemodelan matematis, Jawa Timur berpotensi diguncang gempa hingga kekuatan M 8,9 dan tinggi maksimum tsunami mencapai 29 meter.
“Dari sejarah dan data-data yang terekam hingga saat ini, akhirnya kami menyusun pemodelan secara matematis potensi tsunami di Jawa Timur,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Webinar bertajuk Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur, Jumat (28/5).
Berdasarkan hasil analisis BMKG untuk wilayah Jawa Timur, potensi tsunami seluruh pesisir tinggi maksimum adalah 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek.
“Dan waktu tiba tercepat, datangnya tsunami paling cepat, 20-24 menit di Kabupaten Blitar,” imbuh Dwikorita.
Pada September 2020, para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membeberkan adanya potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa. Hasil riset itu telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pada bulan yang sama.
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan, riset tersebut menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti. Selama ini, sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
“Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa,” ungkap Endra.
Sementara itu, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan Suwarto menjelaskan, sumber gempa bumi pertama berada di selatan Pulau Jawa, tepatnya di zona subduksi atau tumbukan antara lempeng Indo Australia dengan Eurasia.
“Jadi itu adalah sumber gempa yang potensial. Gempa di Malang, Blitar kemarin berada di zona subduksi. Ini merupakan sumber gempa yang berpotensi dapat dirasakan di Jawa Timur atau bahkan mungkin, kalau cukup besar bisa merusak,” ujar Suwarto.
Sumber gempa kedua, lanjut Suwarto, berada di zona sesar atau zona patahan. Zona ini cukup banyak di Jatim. Seperti Sesar Kendeng di tengah Pulau Jawa, membentang dari Provinsi Jateng ke Jatim, sekitar Waru sampai Surabaya.
Kemudian ada Sesar RMKS melintasi wilayah Rembang, Madura, Kangean, Sakala. Lalu Sesar Grindulu di Pacitan hingga Sesar Pasuruan.
“Berdasarkan data yang dirilis Pusgen (Pusat Studi Gempa Nasional) tahun 2017, Jatim ada dua sumber gempa yang cukup potensial. Yang paling sering terjadi di selatan Pulau Jawa atau di Jatim pada zona tersebut,” tuturnya.
Disinggung mengenai potensi tsunami, Suwarto menyebut di bagian selatan atau sepanjang pantai Samudra Hindia, mulai dari Banyuwangi, Jember, Lumajang, sekitar Tulungagung, sampai Pacitan, potensi tsunami cukup besar.