News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liputan Khusus

Jatim Berpotensi Gempa Berkekuatan M 8,9 dan Tsunami 29 Meter, Warga Tingkatkan Mitigasi

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas Taruna Siaga Bencana (Tagana) saat berada di dapur umum untuk mendistribusikan makanan bagi pengungsi bencana alam gempa bumi.

“Kalau gempa cukup besar berpotensi tsunami, maka daerah sepanjang pantai itu bisa terkena tsunami,” jelas Suwarto.

Meski Jatim punya potensi tsunami, namun Suwarto mengatakan tidak perlu disikapi dengan panik. Karena sifatnya bukan prediksi, melainkan hasil kajian.

“Gempa 8,7 bisa terjadi sekali langsung dengan berkekuatan seperti itu, atau mungkin patah menjadi beberapa bagian atau segmen dengan diikuti goncangan kecil. Skenario terburuk maksimal 8,7,” paparnya.

BMKG memiliki cukup banyak kajian mitigasi. Sejak awal tahun, bersama Kepala BMKG Pusat, pihaknya  melakukan kajian dan memetakan daerah-daerah rawan gempa dan tsunami.

“Kemarin kami ke Banyuwangi, daerah Muncar dan Pancer, Malang Pantai Sendang Biru, Trenggalek Pantai Prigi. Sudah kami petakan dan survei. Sekalian juga meninjau kesiapan daerah di situ. Mulai dari jalur evakuasi, tempat evakuasi,” terangnya

Pihaknya juga melakukan kajian serta membuat skenario pemodelan dan menghasilkan rekomendasi untuk diteruskan ke pemerintah daerah. Mulai Malang, Trenggalek, Banyuwangi, dan Sumenep.

“Kami sampaikan rekomendasi menyikapi potensi bahaya gempa bumi dan tsunami. Kalau dari hasil analisa gempa beberapa tahun ini memang ada peningkatan jumlah kegempaan di Jatim,” katanya.

Rata-rata kenaikan dalam tiap bulan sekitar 50-100 gempa di Jatim. Ada tren peningkatan. “Itu hal yang wajar tidak perlu panik, karena gempa sifatnya periodik. Artinya akan terjadi terus- menerus. Kalau sering terjadi gempa justru ancaman gempa besar berkurang, karena energi juga berkurang. Tidak perlu panik,” lanjutnya.

Suwarto mengimbau, bagi warga yang tinggal di tempat gempa dan rawan tsunami, khususnya di daerah pantai, segera mempersiapkan diri untuk meningkatkan mitigasi. Mulai bangunan dan  infrastruktur yang tahan terhadap gempa bumi.

“Sering berlatih mengikuti simulasi penyelamatan ketika terjadi gempa bumi. Ketika ada gempa tidak panic, kita tahu mencari lokasi yang aman gimana. Kita edukasi terus masyarakat dan juga stakeholder. Mitigasinya kami tingkatkan,” pungkasnya.

Baca juga: Potensi Tsunami di Jatim Mendadak Ramai Diperbincangkan di Medsos, Begini Penjelasan BMKG

Etalase bencana
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Gatot Soebroto mengungkapkan, ada 14 jenis kebencanaan yang berpotensi terjadi di Jatim.

Di antaranya, banjir, banjir bandang, gelombang ekstrem, abrasi, gempa bumi, kegagalan teknologi, kekeringan, pandemi Covid-19, epidemi, dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca ekstrem, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan serta likuifaksi.

Gatot merinci ada  392 kejadian tahun 2018, kemudian 459 kejadian tahun 2019, dan 273 kejadian tahun 2020. Melihat karakter bencana Jatim itu Gatot menyebut Jatim  sebagai etalase bencana.

“Kita berharap jangan sampai menyumbang kebencanaan. Tapi ternyata wilayah kita sering terjadi bencana alam,” katanya, Kamis (27/5).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini