Tak hanya itu, keluarga lain dan warga sekitar juga takut dengan polah IJ.
"Orangtuanya takut, warga takut, RT-nya takut. Marah-marah terus. Pelaku ini sudah sangat meresahkan," kata Mardani.
Menurut Mardani, orangtuanya pernah membawa IJ ke psikolog di rumah sakit jiwa.
Setelah diperiksa, hasilnya menyatakan IJ tidak mengalami gangguan jiwa.
Lagi-lagi IJ marah. Ia tersinggung seakan-akan dituduh sakit jiwa.
Puncak kemarahan IJ di hari pembakaran itu. Ia kesal tak kunjung mendapatkan harta warisan.
Mardani menjelaskan, IJ terus mendesak agar tanah dan rumah dijual. Lalu ia meminta hasil penjualan.
Oleh karena tak ada alasan untuk menolak, orangtuanya terpaksa berjanji akan menjual tanah dan rumah tersebut yang disebut sebagai warisan.
Mirisnya, IJ menuntut tanah dan rumah papan yang ditempati orangtuanya itu untuk dijual.
Baca juga: Detik-detik Pria di Langkat Disiram Seember Bensin Lalu Dibakar Sekelompok Orang Hingga Tewas
Mardani mengatakan, rumah tersebut tak kunjung dijual.
Kemarahan IJ kian memuncak karena tidak diberi uang oleh kakaknya.
Sehingga nekat membakar rumah papan itu.
Saat diinterogasi, kata Mardani, IJ mengakui semua perbuatannya.
"Pelaku melakukan pembakaran rumah tersebut karena sakit hati kepada kakaknya saat minta uang, tidak diberi."