Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa whitdraw," lanjut Murni.
Baru ditanggal 7 Maret 2022, nasabah mulai mengalami hal yang tidak diinginkan atau lebih tepatnya mulai kehilangan modal yang mereka investasikan.
Meskipun robot trading tetap masuk ke pasar namun hasilnya membuat mereka kecewa akibat tidak ada hasil yang didapatkan.
"Malamnya, trading lagi tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak stop sampai equity kita terkuras," ungkap Murni.
Baca juga: Masyarakat Diminta Tak Mudah Tergiur Iming-iming Investasi Robot Trading
Murni dan Beni saat buka suara kepada awak media di lobi depan Gedung Ditreskrimsus Polda Bali pada Senin 14 Maret 2022 mengungkapkan korban investasi bodong tidak hanya berjumlah 300, tapi lebih dari itu.
"Di Bali ini ada 300 orang yang menjadi korban, sedangkan untuk di seluruh Indonesia masih lebih dari itu.
Total kerugian kalau dijumlahkan ada mencapai Rp 5 triliunan," tambahnya.
Murni mengaku korban yang mengalami kerugian dan merasa tertipu dengan robot trading Fahrenheit kebanyakan dari korban yang kena PHK.
Ia pun berharap dengan kejadian ini dan setelah dilaporkan ke Ditreskrimsus Polda Bali, mereka berharap uang yang telah diinvestasikan bisa kembali.
"Tapi intinya itu, kita kan invest di trading lain juga.
Jadi biar mereka tidak melakukan seperti yang Fahrenheit lakukan. Kalau sampai mereka melakukan, member seluruh Indonesia akan melawan," tegasnya.
Murni menuturkan, korban dari PT FSP Akademi Pro belum mengetahui pasti perizinan dari perusahaan itu, namun begitu saat ditanya mengenai kantor trading Fahrenheit itu, ia menjawab ada di wilayah Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
"Infonya ada di Kuta. Tapi kantor pusatnya ada di Jakarta," kata Murni.
Kasus yang menjerat ratusan korban ini, sebelumnya diajak oleh perusahaan dengan bermodalkan SIUO dan NPWP saja ditambah dengan keanggotaan APLI di awal mereka berkenalan.