Tak mau stres, ia pun menikmati peristiwa yang kerap menimpa tempat kerjanya.
"Sering seperti ini, sudah terbiasa. Saya stres tapi nikmati saja dibikin happy," katanya.
Wanita satu anak ini mengaku, sudah bekerja selama tujuh tahun di pabrik garmen di kawasan itu. Selama bekerja, ia mengaku tidak pernah menerima subsidi bila terdampak rob.
"Untuk memperbaiki motor yang terdampak rob habis Rp 2 juta. Ini bawa motor anak, tapi ikut rusak karena terendam lagi," ucapnya.
Di sisi lain, ratusan buruh di kawasan Lamicitra memilih resign dari pabrik.
Baca juga: Desak Cabut UU PPP, Said Iqbal Serukan Stop Produksi Hingga 5 Juta Buruh Bakal Demo di 34 Provinsi
Mereka keluar dari pekerjaannya lantaran jengah dengan banjir rob yang sering merendam kawasan tersebut.
Ratusan buruh pabrik yang keluar akibat banjir rob terjadi dimulai di tahun 2021.
Gelombang resign semakin besar saat terjadi tanggul jebol pada 23 Mei 2022.
"Yang keluar dari pabrik tidak hanya ada satu dua tapi ratusan, sudah ada databasenya di tempat kami," kata Koordinator DPP Federasi Serikat Pekerja Indonesia Perjuangan-Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (FSPIP KASBI) Karmanto.
Menurutnya, ratusan buruh itu keluar sebab stres lantaran banjir rob tak berkesudahan.
Mereka banyak mengeluarkan biaya tak seharusnya seperti harus memperbaiki motor maupun biaya akibat rob sehingga memilih keluar.
Apalagi, bekerja di kawasan itu tak memiliki jaminan pekerja akan aman bebas dari musibah rob.
"Banjir rob sudah sering terjadi. Saya sudah kerja di Lamicitra selama 13 tahun dan sering terjadi rob," terangnya.
Ia menjelaskan, para pekerja yang resign berusia di bawah 30 tahun. Mereka memilih keluar kerja di pabrik karena pertimbangan usia yang masih terbilang muda sehingga berpotensi ada peluang lain di luar.
"Sebaliknya buruh usia tua di atas 40 tahun seperti saya mau tidak mau tetap bertahan," tandasnya. (iwn/TRIBUN JATENG CETAK)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Buruh Stres Sering Terdampak Rob Semarang Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas