"Jadi motifnya memang hanya menduga korban melakukan pencurian," sambungnya.
Pihak Keluarga Menduga Ada Ketidakjujuran
Guntur Madong (52), ayah dari AR menuturkan, pihaknya baru mengetahui anaknya menjadi korban penganiayaan pada Senin (20/2/2023) lalu, atau setelah anaknya dimakamkan.
"Pihak pesantren tidak jujur sejak awal. Makanya sekarang makam anak saya harus dibongkar," kata Guntur Madong, Sabtu (25/2/2023).
Ia menjelaskan, pada hari kejadian anaknya telah berada di rumah sakit sejak pukul 18.00 Wita hingga pukul 21.00 Wita dan baru dibawa ke Muara Badak pada pukul 00.00 Wita.
"Selama tiga jam kami di rumah sakit kenapa tidak ngomong? Besoknya (Minggu, 19/2/2023) ustaznya datang melayat, tapi tidak ngomong juga. Seolah ditutupi," ucapnya terbata.
Dalam unggahan pihak keluarga diungkap, di hari penganiayaan itu AR tengah berpuasa.
"Surga menantimu, nak. Karena kau dalam keadaan berpuasa lalu difitnah dan dianiaya hingga meninggal dunia," begitu tulisan di postingan yang menampilkan foto korban tersebut.
Pihak kepolisian pun berkomitmen mengungkap kasus ini hingga terang.(m04)
Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Update Kasus Santri Tewas Dianiaya Senior di Samarinda, Kuburan Dibongkar, Dokter Bawa Sampel Tubuh