Meski tidak memiliki rumah di Kampung Sendang Baru, Sambada selalu beraktivitas di sana karena dekat dengan kebun kopinya.
Supar mengaku sering bertemu Sambada karena sama-sama bekerja sebagai petani kopi.
Bahkan Sambada juga sering terlibat dalam kegiatan warga setempat seperti perbaikan jalan secara swadaya hingga kerja bakti.
Ia mengaku mengetahui Sambada merupakan terduga teroris saat ada mobil ambulans yang mengangkut jasadnya.
"Kami tau dia adalah terduga teroris ya waktu dia dievakuasi dalam keadaan tewas dibawa turun dari kebun Register."
"Sekitar ada 30 sampai 40 orang (densus 88) yang berangkat, turun membawa seorang jenazah yang ternyata adalah Sambada," bebernya.
(Tribunnews.com/Mohay/Abdi Ryanda) (TribunLampung.co.id/Bayu Saputra/Fajar Ihwan Shodiq/Riana Mita)