Ia tidak sendiri namun bersama beberapa temannya lainnya.
Bahkan, ia tersiksa karena mendapat kekerasan fisik dari manajer dan pimpinan di tempat kerjanya.
"Jadi ada 3 ruangan, itu ruang asrama, ruang gelap, sama penyekapan.
Di situ saya dan teman-teman disiksa sampai biru-biru dan berdarah karena dihajar pakai bambu," kata Noviana.
Baca juga: Polri: Puluhan Korban TPPO Myanmar dan Filipina Kembali ke Tanah Air
Selama di ruang gelap itu, Noviana benar-benar tersiksa.
Bahkan untuk sekedar membuang hajat kesulitan hingga harus buang air besar dengan menggunakan keresek atau kantong plastik.
"Seumur-umur saya enggak pernah buang air di keresek karena di sana kondisinya parah banget buang air kecil pun harus pakai ember," ucapnya.
Kini Noviana sudah terbebas dari segala penyiksaan itu, hanya saja luka di beberapa tubuhnya hingga kini masih membekas.
Ini akibat penyiksaan yang bertubi-tubi selama di Myanmar.
"Luka di badan belum begitu sembuh, karena kan saya sempat dihajar membabi buta, seperti kepala sempat dihantam, jadi sampai sekarang masih sering sakit kepala hebat secara tiba-tiba," ujar Noviana.
Hingga kini masih merasakan trauma yang mendalam hingga harus membuang barang kesayangan seperti baju, sandal dan sebagainya yang saat itu dipakai atau dibawa ke Myanmar.
"Itu karena saking traumanya, jadi saya ingat terus bagaimana selalu dimaki-maki sama leader dan manajer dan diancam akan dijual ke rumah pelacuran atau tempat penjualan organ tubuh," katanya.
Dengan segala penyiksaan itu, Noviana masih belum percaya bisa pulang ke kampung halaman.
Hanya saja dia belum bisa bercerita ke orang banyak soal pengalaman pahit yang dialaminya selama di Myanmar.