News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siswa SD di Medan Tewas Dianiaya Kakak Kelas, Polisi Periksa 9 Saksi, Diduga Terjadi di Luar Sekolah

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana rumah duka siswa kelas 2 SD yang tewas akibat dibully kakak kelas, Rabu (28/6/2023). Polisi telah memeriksa 9 saksi.

TRIBUNNEWS.COM - Pelaku penganiayaan terhadap siswa SD di Medan, Sumatra Utara belum terungkap.

Korban yang berinisial B (8) tewas usai mengalami penganiayaan yang diduga dilakukan kakak kelasnya saat pulang sekolah.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa menyatakan proses penyelidikan kasus penganiayaan masih dilakukan.

Sebanyak 9 orang saksi telah diperiksa untuk mengetahui penyebab korban meninggal.

"Kasus itu masih dalam penyelidikan, sudah sembilan orang saksi kita periksa," paparnya, Minggu (2/7/2023), dikutip dari TribunMedan.com.

Baca juga: Jasad Bocah SD di Sukabumi Diautopsi, Dokter Forensik Temukan Luka Dalam yang Mencurigakan

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kasus perundungan dan penganiayaan terjadi di luar lingkungan sekolah.

Kompol Teuku Fathir Mustafa belum menyebut pelaku dan lokasi penganiayaan karena masih dalam proses penyelidikan.

"Nanti akan kita sampaikan lebih jelasnya," sambungnya.

Diduga pelaku penganiayaan masih di bawah umur sehingga proses penanganan akan berbeda dengan kasus pada umumnya.

"Kasus ini berkaitan dengan anak, maka penanganannya harus khusus sesuai dengan aturan yang berlaku," tuturnya.

Selain itu, penyidik masih menunggu hasil autopsi dari jasad korban yang sudah dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara, Medan.

Hasil autopsi digunakan untuk menyimpulkan penyebab kematian korban dan akan disampaikan jika sudah keluar.

Terjadi di Luar Sekolah

Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Laksamana Putra Siregar mengaku telah mengetahui dugaan kasus penganiayaan yang menewaskan bocah SD di Medan.

Menurutnya, penganiayaan yang dialami korban tidak terjadi di lingkungan sekolah.

Laksamana Putra Siregar berjanji akan mengumpulkan wali kelas dan orang tua siswa agar kasus serupa tidak terjadi.

Baca juga: Pengakuan Pelaku Perundungan yang Minta Korban Cium Kakinya, Sebut Pernah Jadi Korban

Pengawasan terhadap siswa tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah, tapi juga di luar sekolah.

"Tentunya ini pembelajaran bagi kami di Dinas Pendidikan. Ke depan kami akan melakukan upaya-upaya preventif, seperti parenting meeting dan hal lain sebagainya."

"Tujuannya, agar orang tua lebih memperhatikan aktivitas anak pada saat libur semester atau libur sekolah," paparnya, Kamis (29/6/2023), dikutip dari TribunMedan.com.

Kata Orang Tua Korban

Orang tua B, Yusraini Nasution alia Butet mengatakan korban sempat mengadu kepadanya usai mengalami penganiayaan.

Dugaan penganiayaan terjadi pada Kamis (22/6/2023) setelah korban pulang sekolah.

Korban mendatangi lapak jualan milik orang tua dan mengeluh kesakitan karena dianiaya kakak kelas.

"Dia kemarin dipukuli sama abang-abang (kakak-kakak) kelasnya, kelas lima kelas enam, sementara anak saya kelas dua SD. Pulang-pulang dia sudah nangis, ngadu dipukuli," ungkapnya, Rabu (28/6/2023).

Mendengar anaknya dipukuli, Butet pergi ke rumah orang tua pelaku penganiayaan.

"Waktu dia datang ke jualan saya itu, katanya yang mukul dia satu orang. Saya datangi rumahnya, tapi katanya nggak ada mukul si B," lanjutnya.

Setelah dianiaya, korban jatuh sakit dan demam tinggi hingga dua hari.

Baca juga: Kondisi Siswa SMP Korban Perundungan di Bandung, Akui Rasakan Sakit di Tubuhnya

Selain demam, korban juga mengalami trauma akibat perbuatan kakak kelasnya.

"Dia demam malamnya, selama dua hari, sudah turun panasnya. Dia bilang sakit badannya, saya bawa kusuk, nggak sakit lagi." 

"Nggak ada nampak luka memar. Dia cuma mengeluh sakit tidak mau makan, cuma minum," tuturnya.

Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pirngadi Medan dan dinyatakan meninggal di tengah perawatan.

Sebelum meninggal, korban sempat menyebut nama 5 kakak kelasnya yang melakukan penganiayaan.

"Tapi waktu kemarin sebelum dia meninggal, sempat bilang ada lima orang yang menganiaya dia, orang dekat-dekat sini juga," tandasnya.

Butet mengaku terpukul kehilangan anak pertamanya dan berharap petugas kepolisian dapat mengungkap kasus penganiayaan anaknya.

"Sakit hati ini, anak saya dipukuli orang. Gara-gara dipukulin orang anak saya meninggal," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunMedan.com/Alfiansyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini