Pada Selasa sore kemarin, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues melakukan rapat dengan Pemerintah Aceh.
Dalam rapat tersebut juga hadir perwakilan dari Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) dan International Organization Migration (IOM).
Awalnya Pemkab Aceh Tamiang bersedia menyiapkan lokasi penampungan sementara.
Namun saat pertemuan berlangsung, sejumlah warga yang menolak kedatangan etnis Rohingya ini melakukan aksi protes menggunakan alat pengeras suara.
“Sangat riskan bila etnis Rohingya ini tetap kita terima, sedangkan protes begitu keras dari masyarakat,” kata sumber di Pemkab Aceh Tamiang.
Selain maraknya aksi protes, pertimbangan lain disebabkan lokasi pengugsian di kawasan Opak, Bendarahara, Aceh Tamiang sangat dekat dengan permukiman.
Baca juga: 7 Terduga Pelaku Penyelundupan Rohingya di Aceh Besar Ditangkap Polisi
Selain itu, fasilitas calon lokasi penampungan juga sangat minim, dikhawatirkan pengungsi menyusup ke permukiman yang bisa menimbulkan gejolak sosial dengan warga lokal.
“Sepertinya akan dipindahkan ke Gayo Lues,” ungkap sumber tersebut.
Sementara itu, Pj Bupati Gayo Lues, Drs Alhudri mengatakan dengan adanya rencana kedatangan pengungsi Rohingya ke Kabupaten Gayo Lues, pihaknya menerima.
Namun dengan catatan bahwa shelternya diupayakan agar tidak berdekatan dengan perkampungan atau permukiman masyarakat.
Sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban masyarakat di kabupaten tersebut.
Poin kedua, lanjutnya, titik yang diusulkan menjadi tempat para pengungsi Rohingya di Kabupaten Gayo Lues berlokasi di perbatasan Gayo Lues dengan Kabupaten Aceh Timur dengan titik koordinat 4°12'25"N 97°34'03"E.
Bahkan IOM dan UNHCR nantinya juga harus diawasi dan diberikan penegasan untuk tidak bermain-main dalam hal mengalihkan pengungsi Rohingya, yang nantinya berada di salah satu titik di wilayah kabupaten Gayo Lues.
"Hal tersebut diantisipasi, karena apabila mereka bergabung dengan masyarakat nanti berbahaya,”