Namun rencana tindakan operasi itu, kata Tahir membutuhkan biaya cukup banyak.
Pasalnya perawatan Naisa lanjut dia, tidak ditanggung BPJS.
"Ada informasi dari pihak rumah sakit, untuk masalah dana katanya saya punya anak disuruh siapkan Rp20 juta sampai Rp25 juta untuk operasi. Bagaimana caranya ini, di mana kita mau ambil uang," ucap Tahir dengan nada meradang.
Selang beberapa saat, lanjut Tahir, seorang polisi tiba mengaku mendapat perintah dari Kapolrestabes Makassar (Kombes Pol Mokhamad Ngajib).
Polisi itu, meminta agar perawatan Naisa dipindahkan ke RS Bhayangkara.
Sebelum dipindahkan, M Tahir mengaku harus mengeluarkan uang Rp2,18 juta untuk perawatan di RS Ibnu Sina.
Setiba di RS Bhayangkara, Minggu sore, Naisa pun menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru dalam pahanya.
Baca juga: Tukang Gali Septic Tank di Depok Temukan Granat Aktif dan Ratusan Peluru di Rumah Kontrakan
"Jadi sampai pukul 17.00 Wita, sudah ada perintah dari Kapolrestabes dirujuk ke Bhayangkara, langsung dikerja," terangnya.
Di Bhayangkara malamnya langsung dikerja sekitar pukul 21.10 Wita mulai.
Setelah proyektil peluru berwarna kuningan itu dikeluarkan, Tahir mengaku melihat bentuknya lewat foto kamera ponsel Polisi.
"Proyektilnya, kalau kami sendiri belum lihat. Nanti setelah di kamar perawatan, kira-kira dua malam setelah dirawat Kapolsek datang memperlihatkan proyektil di handphonenya," ucap Tahir.
"Pak ini peluru yang diangkat, begini modelnya. Agak kekuning-kuningan. Bundar," bebernya.
Saat ini, kondisi Naisa sudah dimintai pulang lantaran batas tanggungan BPJS.
"Sekarang dia sudah diminta pulang, karena anak saya di sana BPJSnya cuma tiga hari," tuturnya.
Baca juga: Relawan Prabowo-Gibran yang Ditembak OTK Alami Kelumpuhan, Peluru Mengenai Saraf Tulang Belakang
Meski sebenarnya, Tahir berharap agar sang istri tetap dirawat hingga dipastikan pulih total.
Terpisah penyidik Reskrim Polrestabes Makassar, terus mendalami siapa pemilik senjata yang memuntahkan peluru nyasar itu.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Devi Sujana mengatakan, kasus itu masih dalam penyelidikan bekerja sama dengan Laboratorium Forensik.
Namun, dari segi ulir proyektil yang dimuntahkan senjata kata Devi, senjata tersebut merupakan produksi pabrikan.
Meski demikian, Devi Sujana mengaku, belum bisa menyimpulkan secara pasti jenis senpi pabrikan seperti apa.
Sebab, saat ini Tim Labfor Polri masih memeriksa jenis peluru atau proyektil tersebut.
"Ciri-ciri sementara mungkin kami belum bisa menyampaikan cuman kalau sekilas dari proyektil ini ada bekas ulir, goresan dari laras, kemungkinan besar ini berasal dari senjata pabrikan, bukan rakitan," kata Kompol Devi ditemui di Mapolrestabes Makassar, Selasa kemarin.
Baca juga: Ibu Hamil Kena Peluru Nyasar, 2 Anggota Polres Tanjabbar Masih Diperiksa Propam Polda Jambi
"Maksudnya berasal dari pabrik bukan dari buatan rakitan, kalau rakitan kan mulus biasanya. Pabrikan biasa ada mereknya, tapi kita belum bisa menyimpulkan yah," sambungnya.
Saat ditanya apakah senpi pabrikan yang dimaksud sering digunakan oleh instansi resmi negara, Devi juga menyatakan belum bisa menyimpulkannya.
"Kita belum bisa menyimpulkan yah, yang jelas berasal dari pabrikan tapi untuk lebih jelasnya masih nunggu (Labfor) ini berasal dari senjata apa karena di luar kewenangan kami untuk menentukan jenis senjata apa," jelasnya.
Begitupun, kata Devi, panjang peluru tersebut pihaknya belum bisa mengidentifikasinya.
"Belum (diidentifikasi), nanti masih menunggu hasil Labfor untuk panjang, ukuran dan sebagainya baru kita bisa menyimpulkan senjata dari jenis apa," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di TribunTimur.com dengan judul Nenek Naisa Korban Peluru Nyasar di Makassar Masih Sakit, Sering Muntah, dan Tak Bisa Tidur Nyenyak