Nurhasanah juga sempat bersekolah di SLB Kawali.
Namun perubahaan justru nampak saat menginjak usia puber.
Nurhasanah menjadi sering marah-marah hingga alami gangguan jiwa.
"Mungkin anak saya ini ingin sama seperti anak yang lainnya, seperti punya pacar dan lain pada umum anak usia remaja tapi tidak bisa bicara, mungkin karena itu," ungkapnya.
Semakin besar kondisinya makin tak karuan.
Saat kambuh langsung ngamuk dan merusak barang sehingga Mak Diah pun memutuskan untuk mengurungnya di kamar.
Baca juga: Kisah Ibu Tuna Netra Rawat Putri Cantiknya yang Seorang ODGJ dan Tuna Wicara
"Saya khawatir anak saya kabur jadi demi keselamatan dan keamanan dikurung di kamar.
Sejak dua tahun terakhir ini, pihak keluarga mengaku sudah pasrah dengan kondisi Nurhasanah.
Pasalnya, mereka tidak memiliki biaya untuk mengobati penyakit kejiwaannya tersebut.
"Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari juga kami hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah serta belas kasihan dari para tetangga saja," kata Maman.
Pihak keluarga hanya berharap Nurhasanah bisa menerima pengobatan rutin dan bantuan tenaga untuk membantu aktivitasnya di rumah.
Terutama di tengah keterbatasan yang dialami ibu Diah yang tinggal berdua bersama anak bungsunya tersebut.
Kondisi keluarga Nurhasanah
Kepala Desa Buniseuri, Rusmana menjelaskan, kondisi keluarga Diah dan Nurhasanah ini sudah menjadi perhatian Pemerintah Desa (Pemdes) Buniseuri bersama Puskesmas Cipaku.
"Sudah jadi perhatian kami, pengobatan sudah pernah dilakukan ke luar daerah, dan untuk kehidupan ekonomi keluarga ini sudah dibantu melalui program bantuan pangan dan rutilahu," jelasnya.