Dalam sebuah masyarakat Islam, hak setiap individu sangat dihormati, termasuk hak orang-orang yang berbeda agama.
Sidarto pun mencontohkan, Nabi Muhammad SAW saat tinggal, hidup, berjuang dan berdinamika sekitar 10 tahun di Madinah.
Di kota suci inilah puncak kesuksesan dakwah beliau. Maka, sangat manusiawi ketika Nabi pun sangat mencintai Madinah yang sekaligus mencerminkan Nabi mencintai tanah airnya, baik Mekkah maupun Madinah.
“Ini menunjukkan cinta tanah air dan nasionalisme adalah fitrah dan naluri yang Allah SWT sematkan secara kuat didalam diri manusia. Penolakan dan antipati terhadap kebangsaan/nasionalisme, justru bertentangan dengan fitrah suci tersebut dan tidak memiliki landasan sama sekali di dalam Islam, baik secara doctrinal maupun historical,” tandasnya.
Anggota Wantimpres lain, Prof. Dr. Malik Fajar yang turut hadir memberikan tausiah di acara tersebut, mengatakan bahwa Allah SWT sudah mentakdirkan bahwa manusia diciptakan secara beragam dari suku, bangsa, dan agama yang berbeda-beda.
“Hal ini sebuah perbedaan yang harus diterima dan diyakini oleh umat Islam. Untuk itu kita perlu menjaga kerukunan antar umat beragama,” tukasnya. *