News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilpres 2019

Kegelisahan PKS dan Menanti Poros Ketiga

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Politisi PKS Mahfuz Sidik.

Oleh Mantan Wakil Sekjen DPP PKS Mahfuz Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Sudah masuk tanggal 6 Agustus 2018, Senin kemarin, tapi Prabowo belum kunjung memutuskan cawapresnya. Hal ini tentu membuat gelisah banyak pihak, termasuk PKS.

Pasalnya, PKS sudah mengantongi rekomendasi Ijtima Ulama. Calon pasangan Prabowo-Salim menjadi amanah yang harus diperjuangkan PKS ke hadapan Prabowo dan partai koalisinya.

Namun belum ada tanda positif untuk calon pasangan Prabowo-Salim. Sementara Ustaz Abdul Somad masih istiqomah tidak berkenan didapuk menjadi cawapres.

PKS gelisah dan begitu pula sebagian ulama GNPF. Lalu terjadilah Mudzakarah Seribu Ulama di Tasikmalaya pada 5/8 kemarin. Hasilnya menambah daftar bakal calon presiden dan wakil presiden. Muncul nama Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Bachtiar Nasir.

Sangat mungkin nama-nama di atas bukan untuk menambah pilihan calon bagi poros Prabowo. Tapi membuka jalan bagi munculnya poros baru, yaitu poros ketiga.

Dari nama-nama Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Bachtiar Nasir, siapa yang bisa menjadi tokoh utama sebagai capres poros ketiga?

Anies Baswedan terganjal Perpres yang mengatur batas waktu pengajuan izin kepada presiden bagi kepala daerah yang akan maju menjadi calon presiden atau calon wakil presiden. Ustaz Bachtiar Nasir (UBN), rasanya bukan untuk tokoh utama poros ketiga.

Sebagai cawapres masih mungkin. Tinggal Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo? Gatot sejak awal menyatakan siap menjadi capres. Tinggal meneruskan jalan takdirnya.

Saya meyakini bahwa semua partai sedang menimbang-nimbang keputusan akhirnya. Termasuk keputusan untuk berada di poros yang mana. Ini bukan semata persoalan pilpres, tapi juga terkait nasib partainya di pileg.

Calon presiden yang diusung atau didukung partai, tentunya harus bisa mendukung perolehan suara pemilu legislatif. Sehingga partai tidak hanya menjadi pendorong mobil. Tapi ikut ditarik maju oleh mobil itu.

Bagi partai yang sudah dapat pos capres dan cawapres, soal itu dianggap selesai. Bagaimana dengan partai yang tidak kebagian pos capres dan tidak juga cawapres? Dapat apa?

Kalau bagi-bagi kursi kabinet, itu cerita kalau menang. Kalau kalah, apa yang mau dibagi? Pikiran sederhana saya, carilah faktor pendukung untuk capaian hasil pemilu legislatif.

Di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit, biaya politik justru makin meningkat. Partai dan para caleg ditantang untuk bisa memenuhi biaya politik di pemilu legislatif. Apalagi ambang batas parlemen naik menjadi 4%.

Jadi bagaimana meramu poros ketiga? Poros yang berpeluang menang dan bisa membantu partai koalisinya mencapai target suara pemilu legislatif?

Sampai hari ini saya belum punya rumus. Mungkin masih perlu merenung 1-2 hari lagi. Tapi kata kuncinya adalah “berpeluang menang” dan “membantu target suara pileg”. Selamat menanti poros ketiga!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini