News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Start Kampanye dengan The Power of Emak-emak

Editor: Yudie Thirzano
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal Calon Presiden Joko Widodo bersama Bakal Calon Wakil Presiden Maruf Amin dan Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto dan Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno saat menghadiri rapat pleno penetapan nomor urut Capres dan Cawapres di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Jumat (21/9/2018). Jokowi dan Maruf Amin mendapatkan nomor urut 1 dan Probowo Sandi nomor urut 2. Tribunnews/Jeprima

Lalu siapa saja jurkam petahana? Nama Risma muncul ke permukaan sebagai jurkam Jokowi untuk wilayah Jatim. Untuk aras nasional sangat mungkin Mega bersama Grace Natalie yang pegang kendali. Yang satu untuk generasi senior sedangkan yang kedua untuk generasi milenial. Beberapa nama unggulan seperti Sri Mulyani dan Khofifah ternyata mundur sebelum bertempur dengan alasan yang sangat masuk akal, yaitu lebih fokus ke wilayah kerja masing-masing.

Meskipun belum diumumkan secara resmi, nama-nama seperti Susi Pujiastuti, Retno Marsudi, dan Puan Maharani sangat mungkin dilibatkan.

Apa yang Terjadi Saat Kaum Ibu Ini Bertemu?

Ramai? Pasti. Namun, kita semua berharap bahwa emak-emak atau ibu bangsa—apa pun sebutan mereka—masing-masing kubu menunjukkan kesantunan wanita Indonesia yang anggun dan berbudi luhur. Kegaduhan di medsos antara wanita pendukung Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi seharusnya tidak dibawa ke ranah publik. Ingatan saya akan perkelahian dua tetangga saya yang sama-sama ibu-ibu membuat saya ngeri. Baru pertama kali itu saya melihat pertarungan ‘full body contact’ antara dua orang wanita. Mereka saling teriak, saling cakar dan saling jambak yang menurut saya lebih menyeramkan ketimbang perkelahian Valak dengan Kuntilanak. Wakakak.

Mengapa begitu? Karena wanita zaman now sudah demikian maju dan cerdas sehingga sewajarnya menampilkan keunggulan capres-cawapres unggulannya tanpa menjelek-jelekkan kubu lawan. Kitalah yang nanti menilai kinerja mereka. Biarlah kinerja dan kiprah mereka menjadi pertunjukan demokrasi yang mempesona dan meriah. Bukan malah membuat publik terpana dan marah. Semoga demikian.

*Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini