Guna mengenali akar bencana, masyarakat harus disosialisasikan mengenai jenis-jenis bencana. Bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus.
Sedangkan, menurut leaflet Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bencana Hidrometeorologi adalah fenomena bencana alam atau proses kerusakan yang terjadi di atmosfer (meterologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Contoh bencana hidrometeorologi adalah badai siklon tropis, badai petir, badai es, curah hujan ekstrem, banjir, embun dan suhu dingin.
Secara spesifik, bahkan bisa diklasifikasikan lagi menjadi hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering.
Beberapa contoh di atas adalah dampak bencana hidrometeorologi basah. Sementara, hidrometeorologi kering, acap terjadi di musim kemarau, yakni kebakaran hutan, kekeringan (krisis air bersih), dan sejenisnya.
Pada Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2021, Jumat (5/3/2021) disebutkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan bencana paling merugikan bagi Indonesia.
Kerugian ekonomi akibat karhutla mencapai USD 16,1 miliar, atau sekitar Rp 229,6 triliun (kurs Rp 14.266 per dolar AS). Belum lagi kerugian korban jiwa yang tak kalah banyaknya.
Angka tersebut bahkan jauh lebih besar dibandingkan kerugian ekonomi akibat bencana tsunami Aceh pada 2004 silam. Tsunami Aceh kerugian ekonominya sekitar USD 7 miliar.
Kita sepakat, bahwa kebakaran hutan, selalu menghabiskan ongkos raksasa untuk helikopter water bombing. Itupun belum menyelesaikan semua masalah.
Solusinya adalah tidak menebang pohon, penanaman lahan yang gersang, dan sejahterakan masyarakat di sekitar agar ikut menjaga hutan.
Ancaman lain adalah Bencana non alam. Bencana ini adalah serangkaian peristiwa yang bukan berasal dari alam. Bencana non alam ini bisa disebabkan konflik sosial antarkelompok, masyarakat, ataupun aksi teror.
Jenis bencana non alam lain berupa gagal teknologi, ataupun wabah penyakit yang bisa menjadi pandemi dan endemi, seperti pandemi Covid-19 yang masih kita rasakan hingga hari ini.
Gerakan penangkal tak kurang-kurang diluncurkan. Berbagai program telah disusun dan melahirkan banyak keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan sosial masyarakat.
Semua peraturan semacam PSBB (dan berbagai pembatasan lain), kewajiban bermasker, mencuci tangan pakai sabun, dan larangan berkerumun, serta masih banyak tools dan instrument “perang” melawan corona, sejatinya untuk penyelamatan rakyat.
Bahwa dengan mengenali jenis-jenis bencana, sekaligus kita mengetahui tentang hal-hal apa yang perlu dipersiapkan, serta hal-hal apa saja yang perlu diwaspadai. Kenali ancamannya siapkan strateginya. Ketahui masalahnya, carikan solusinya. Nah, kunci solusi dasar yaitu: perubahan/mengubah perilaku masyarakat.