Pangi Syarwi Chaniago
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting
TRIBUNNERS - Wacana soal kemungkinan 2 (dua) poros akankah menjadi kenyataan atau hanya sekadar Ilusi?
Bagi saya yang terpenting wajib harus ada representasi poros perubahan dan poros keberlanjutan, supaya kedua mazhab pemilih ini mereka merasa terakomodir dan terwakili aspirasinya.
Ada upaya untuk mengatur, mendesain agar melebur dan bersatu poros Ganjar bersama poros Prabowo, mungkin tujuannya agar tak mendapat lawan tanding yang sebanding, ada keyakinan menang 1 (satu) putaran apabila menyatu dua poros di atas.
Ini saya pikir juga sesuatu yang sudah dikalkulasi, dihitung ulang secara cermat karena ada kekhawatiran pasangan Anies-Cak Imin berpotensi punya kans menang kalau kontestasi pertandingan terjadi 2 (dua) putaran dengan skema 3 poros.
Kita pemilu 2009 punya pengalaman terdapat 3 (tiga) pasang capres-cawapres di tahun 2009, menariknya pemilu hanya berlangsung satu putaran saja, karena memang pada waktu itu hasil survei menunjukkan perolehan elektabilitas Capres SBY melewati ambang batas 50 persen plus 1 (satu).
Sementara hasil survei pemilu per-hari ini, memprediksi belum ada elektabilitas ketiga kontestan capres kita melewati angka tersebut, jangankan melewati angka psikologis kemenangan 50 (lima puluh) persen plus 1 (satu), 40 (empat puluh) persen saja belum ada yang lolos angka psikologis tersebut.
Menurut saya, yang paling happy kalau Prabowo dan Ganjar berpasangan atau bersatu adalah presiden Jokowi, saya rasa ini target dan mimpi beliau, peta jalan mengalahkan pasangan Anies-Cak Imin.
Pesan simbolik itu sebetulnya sederhana bisa kita maknai yang tersirat dan tersurat ketika presiden Jokowi mengunjungi membacak di sawah didampingi Prabowo dan Ganjar, sawah itu kita anggap gelanggang lapangan pemilu, trend mana yang unggul membajak di sawah maka itu capresnya.
Andai kata dua poros saja nantinya, kira kira poros mana yang akan tereliminasi? Apakah poros Anies-Cak Imin berhasil didaftarkan ke KPU sampai tanggal 19 Oktober 2024 terdaftar di lembar negara sebagai pasangan capres dan cawapres, yang jelas wajar juga ada ke khawatiran upaya untuk mempengaruhi dan mengatur agar pasangan ini gagal mendaftar.
Tentu ini tidak fear bagi pemilih Anies yang menginginkan sebuah perubahan atau anti tesis dari pemilih Jokowi, kalau ingin mengalahkan Anies, kalahkan beliau di ring pemilu bukan berpikir keras bagaimana cara menjegal agar tidak bisa ikut masuk ke ring pemilu untuk ikut berlaga pada pemilu 14 Februari 2024.
Elektabilitas Anies per 2 Agustus 2023 kemaren sebesar 26,3 persen, itu artinya angka statistik jumlah suara yang cukup besar, yang akan memilih Anies pada pemilu, puluhan juta suara, suara mereka yang ingin perubahan harus direpresentatifkan ke poros capres.
Sampai sejauh ini, pasangan Ganjar dan Prabowo belum juga mengumumkan pasangan cawapres mereka, apakah betul akan diumumkan cawapres lastminute atau ini menjadi sinyal bahwa pasangan Prabowo-Ganjar akan melebur, tujuannya agar pemilu dengan dua poros ini solid dan tidak split.
Itu artinya poros keberlanjutan tidak terbelah dan terpecah suaranya, sementara poros perubahan suaranya solid, ini yang mungkin sedang dipelajari dan dihitung secara matematika politik plus minusnya dan untuk berhati hati agar tak salah dalam melangkah.
Yang kita khawatirkan bukan soal hasil pemilunya tapi pada proses kandidasi yang didesain oligarki pemilik modal untuk jegal-menjegal sehingga pasangan capres yang disuguhkan adalah pilihan terbatas yang sudah diseleksi pemilik modal.
Kita harus mendorong siapapun bisa bertarung, termasuk pasangan Anies-Cak Imin tidak ada politisasi hukum atau perselingkuhan politik dan hukum untuk jegal menjegal kandidasi tertentu tidak bisa ikut masuk bertarung di gelanggang pemilu.
Ada keyakinan bahwa kemungkinan poros Prabowo dan Ganjar akan melebur membentuk dan menyatu pada poros keberlanjutan dengan 2 (dua) alasan.
Pertama; kalau elektabilitas pasangan Anies-Cak Imin terjadi trend dan pertumbuhan elektoral anies mengalami peningkatan yang signifikan sampai per 19 Oktober menjelang didaftarkan ke KPU.
Tapi kalau seandainya stagnan atau masih landai elektabilitasnya kemungkinan poros ganjar tidak akan melebur ke poros prabowo, tetap akan ada 3 poros capres-cawapres.
Kedua; kalau Ganjar dan Prabowo belum menemukan pasangan cawapres yang ideal.
Data Survei Voxpol Center Bulan Agustus kemaren menunjukkan bahwa sebesar 56, 3 persen pemilih menginginkan pasangan capres-cawapres cukup 2 pasang saja dan sebesar 34,9 persen menginginkan pasangan capres-cawapres lebih dari 2 pasang.
Kalau kita breakdown dan kejar lagi pertanyaan selanjutnya yang menginginkan alasan mengapa sebaiknya pasangan capres-cawapres diikuti lebih dari 2 pasang?
Sebesar 50, 4 persen agar pemilih mendapatkan alternatif pilihan yang beragam dan variatif, sebesar 18,1 persen agar tidak terjadi perpecahan dan keterbelahan yang berujung konflik di tengah masyarakat, sebesar 13,4 persen agar terjadi kompetisi persaingan yang sehat dan fair dan sebesar 5 persen agar tidak terjadi eksploitasi politik identitas.