Inggris, kolonialis dan imperialis sejati, kehilangan sebagian besar kekuasaannya, tapi mereka menggabungkan diri ke dunia barat yang dipimpin AS.
Dalam 80 tahun terakhir, negara-negara yang bertikai, secara drastis meningkatkan agresinya terhadap dunia, dengan puluhan negara sekutu, negara bawahan, dan satelit ikut bergabung.
Seringkali, dengan jalan melucuti negara-negara berdaulat (baik melalui subversi atau agresi langsung), dan mendongkel rezim yang tak mereka sukai.
Politik barat melindungi kebijakan tersebut. Sebagian mempertahankan koloninya, yang tidak hanya dieksploitasi secara maksimal, namun juga digunakan untuk menggoyahkan wilayah-wilayah lainnya.
Di Eropa Timur dan Eropa Utara, jalan ini ditempuh dengan target utamanya masih sama seperti 80 tahun yang lalu, yaitu Rusia.
Tentu kini harus ditambahkan China di Asia ke dalam “daftar yang harus dimatikan”, demi mempertahankan hegemoni dan meraih dominasi global.
Di Ukraina, ketika peluang untuk melakukan hal ini semakin dekat, NATO tampak menjadi semakin putus asa dibandingkan sebelumnya.
Sebaliknya, Kremlin semakin kuat seiring berjalannya waktu, terutama ketika rakyat Rusia melakukan mobilisasi untuk melawan perang proksi yang semakin terbuka dan langsung dari hari ke hari.
Elite di AS dan Uni Eropa secara terbuka telah berbicara tentang serangan langsung terhadap wilayah jauh di dalam Rusia.
Seorang senator AS yang dikenal tokoh penghasut perang, Michael McCaul, telah menyerukan perang melawan Tiongkok, demi mempertahankan dominasi industri semikonduktor.
Ia pun sejak lama sangat bersemangat mendorong Washington memulai perang langsungnya melawan Rusia.
Meski masih di level retorika di Capitol Hill dan Pentagon, dukungan terbuka mulai mengalir dari markas besar NATO di Brussels.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, mendukung saran McCaul agar senjata jarak jauh dari NATO digunakan Ukraina untuk menyerang langsung target jauh di dalam wilayah Rusia.
Polandia, Slovenia Latvia, Lithuania, termasuk deretan negara Eropa dan Baltik yang menyatakan adalah hak Ukraina menggunakan senjata yang diberikan untuk menggempur wilayah Rusia.