Namun opsi kedua ini seperti menemui tembok, karena PKS telah "mengunci" Anies bersama kader mereka: Shohibul Iman. Akronim pasangan sudah diumumkan: AMAN (Anies-Shohibul Iman). Meski faktanya, PKS Jakarta tidak bisa mengusung pasangan ini sendirian, mereka masih kurang 4 kursi dari persyaratan pencalonan. Tapi sebelum pendaftaran, segala dinamika politik kemungkinan besar masih akan terjadi.
Kini nama Ahok kembali muncul dan menguat, dan bisa jadi akan semakin mengubah peta politik Pilgub di Jakarta.
Warga Jakarta Ingin Ahok Kembali?
Tapi apakah warga Jakarta benar-benar merindukan Ahok?
Menurut Buya Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan, warga Jakarta memang sedang merindukan pemimpin yang tegas dan berintegritas seperti Ahok.
“Ahok bekerja dengan sangat baik. Terlebih, dia punya integritas, saya rasa, sangat dipahami oleh semua masyarakat. Mungkin itulah yang membuat namanya kembali mencuat. Jadi, ini adalah suara yang muncul dari bawah,” kata Buya Said Abdullah.
Sementara Ahok merespons hasil survei Litbang Kompas tidak mau mengada-ada apakah akan maju kembali di Pilkada Jakarta. Meskipun di kesempatan lain, dia mengaku merasa lebih siap karena "sudah lulus dari 'kuliah' di Mako Brimob". Maksudnya, Ahok sudah belajar banyak dan mengubah dirinya setelah di tahanan Mako Brimob.
"Dua puluh persen itu masih jauh. Jakarta membutuhkan 50+1, apalagi PDI Perjuangan tidak cukup kursi, kita tidak tahu apa partai lain apakah bisa dan berani bekerjasama dengan PDI Perjuangan," kata Ahok di acara ROSSI di Kompas TV, 18 Juli 2024.
Saya kira Ahok benar. Dua puluh persen memang masih jauh. Semuanya akan kembali pada warga Jakarta, apakah benar-benar rindu dan menginginkan Ahok kembali?
Rindu pada pengaduan tiap pagi di Balai Kota di mana Ahok bertemu dengan semua lapisan masyarakat yang mengadu kemudian menyelesaikannya.
Rindu pada kesigapan segala "pasukan-pasukan" berwarna: Oranye (PPSU), Biru (Mengurusi sungai, waduk, gorong-gorong), Merah (mengurusi bedah rumah), Ungu (mengurusi Lansia dan warga terlantar), Hijau (mengurusi makam dan taman), Kuning (mengurus jalan dan penerangan), Pink (Kesejahteraan Keluarga), serta Putih (bidan dan perawat)
Rindu pada cerita-cerita dan keharuan marbot-marbot masjid dan musala yang diumrahkan Ahok.
Rindu pada pembangunan infrastruktur tanpa harus mengunakan APBD, tapi dengan menekan perusahan-perusahan besar seperti pembangunan Simpang Susun Semanggi, pengerukan waduk-waduk dan sungai-sungai serta pembangunan rusun-rusun.
Rindu pada cepatnya penyelesaian masalah di lingkungan kita melalui laporan yang hanya cukup menekan jempol di aplikasi "Qlue".
Rindu pada transparasi APBD dan kita tidak takut uang pajak kita dikorupsi dan benar-benar kembali ke kita.
Rindu pada maraknya pembangunan RPTRA dan ruang-ruang terbuka hijau tempat warga bertemu dan berkegiatan dari senam ibu-ibu, tempat bermain anak-anak dan membaca buku dan lain-lainnya.
Benarkah warga Jakarta rindu Ahok? Hanya warga Jakarta yang bisa menjawabnya. (*)