Ribuan Ton Ikan Mati, Petani di Danau Tondano Rugi Miliaran
Usaha peternakan ikan di Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara terancam hancur karena fenomena
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Manado, Lucky Kawengian
TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Usaha peternakan ikan di Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara terancam hancur karena fenomena rano lewo (air jahat) yang menyebabkan ribuan ton ikan mujair dan mas siap panen mati mendadak. Akibat kematian ikan ini, petani rugi hingga miliaran rupiah.
Berdasarkan penelusuran Tribun Manado, sekitar 90 persen usaha ternak ikan di Kecamatan Kakas, Eris, Tondano Selatan, dan Remboken terkena dampak fenomena alam ini. Ikan-ikan yang dibudidayakan pada jaring tancap mati mendadak.
Camat Kakas, Jefry Masiouw saat diwawancarai Tribun Manado, Kamis (18/7/2013) menjelaskan, fenomena rano lewo ini mulai terjadi akhir Juni silam. Dia menceritakan saat itu air yang menurut warga mengandung kadar belerang tinggi muncul dan menyebabkan kematian ikan di Desa Tonelet. Dalam waktu hanya beberapa hari, sekitar lima ton ikan siap panen di desa tersebut mati.
Kejadian ini terus terjadi dan mulai menyebar ke desa-desa lain di pesisir timur Danau Tondano. Rano lewo bergerak sesuai arus danau dan angin menuju desa-desa lain. Gelombang kematian ikan pun meluas.
"Kejadian ini sudah berlangsung hampir satu bulan dan semakin banyak ikan yang mati. Kami memang belum memiliki data pasti jumlah peternak ikan yang terkena dampak serta berapa banyak ikan yang mati. Hanya di Desa Tonelet ada sekitar 50 ton ikan yang mati," ujarnya.
Jika data ini dikonfersi dalam bentuk uang maka kerugian yang diderita peternak ikan di Kecamatan Kakas mencapai sekitar Rp 10 miliar. Jika digabung dengan tiga kecamatan lainnya, total kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp 50 miliar.
Hukumtua Desa Tolimembet, Kecamatan Kakas, Wenny M Wensen fenomena rano lewo terjadi di desanya pekan lalu. Jarak dari desanya dengan sumber awal kejadian sekitar tujuh kilometer. Fenomena alam ini menyebabkan kerusakan yang sangat parah di desanya. Berdasarkan laporan ada sekitar 50 ton ikan yang mati.
"Dampak negatif yang terjadi cukup besar karena ada satu peternak yang ikannya mati mencapai sekitar lima ton. Usaha tambak ikan milik saya juga terkena dampak dan sekitar 2,5 ton ikan siap panen mati," ujarnya.
Kematian ikan secara mendadak ini dimulai saat air berwarna coklat kemerahan bergerak ke arah desa. Kemunculan air ini membuat ikan-ikan berkumpul di permukaan air. Ikan-ikan seperti stres dan banyak yang berusaha meloncat keluar dari jaring. Beberapa jam kemudian ikan-ikan tersebut mati dan mengambang dipermukaan air.
"Ikan yang mati tidak bisa kami jual karena langsung berwarna putih dan berlendir. Ikan kami buang atau dikubur dalam tanah. Kami benar-benar rugi," ujarnya.
Pergerakan rano lewo selanjutnya menuju Kecamatan Eris dan Tondano Selatan. Fenomena alam ini mengakibatkan kerusakan serupa di dua kecamatan tersebut. saat ini rano lewo telah sampai ke Kecamatan Remboken di pesisir barat Danau Tondano.
Ronny Koway, penjaga tambak ikan di Desa Sendangan, Kecamatan Remboken mengatakan fenomena rano lewo ini mulai terjadi di wilayah mereka sejak Rabu (17/7) malam. Air yang berwarna cokelat kemerahan menyebabkan ikan-ikan siap panen mati.
"Tadi malam ikan mulai terlihat stres dan berkumpul di permukaan air. Tapi pagi (kemarin) saat kami kembali ke karamba ternyata ikan-ikan sudah mati. Kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah fenomena ini. Sekitar 400 kilogram ikan kami mati. Banyak juga pemilik karamba di sekitar lokasi kami mengalami hal serupa," ujarnya.
Pergerakan rano lewo kemungkinan akan terus berlanjut sampai ke Kecamatan Kakas Barat dan kembali ke lokasi semula tempat fenomena alam ini muncul. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.