Pidanakan Penimbun Gas
Harga gas elpiji ukuran 12 kilogram di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus meroket
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Harga gas elpiji ukuran 12 kilogram di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus meroket. Baru tiga hari harganya dinaikkan Pertamina, harga eceran gas elpiji 12 kilogram di wilayah KBB telah menembus angka Rp 141 ribu per tabung. Selain harganya mahal, gasnya pun sulit didapat.
Tak hanya itu, kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram (nonsubsidi) juga mempengaruhi harga gas elpiji ukuran 3 kilogram (subsidi). Di sejumlah wilayah KBB, gas elpiji 3 kilogram yang biasa dikonsumsi rumah tangga, harganya pun ikut-ikutan naik. Harga eceran gas 3 kilogram ini mencapai Rp 20 ribu per tabungnya.
Meroketnya harga gas elpiji 12 kilogram maupun gas ukuran 3 kilogram dinilai tidak wajar. Wakil Bupati (waup) KBB, Yayat T Soemitra, bahkan menduga kuat ada permainan kotor di balik melambungnya harga gas elpiji di pasaran. Bahkan ia mengaku mendapat laporan, di sejumlah daerah, gas elpiji ini mulai langka sehingga masyarakat pun kesulitan untuk memperolehnya.
Menurut Yayat, melambungnya harga gas elpiji di pasaran bukan karena pasokannya dikurangi oleh Pertamina atau terjadi peningkatan jumlah konsumsi gas. Ia menyebut, kenaikan harga yang dibarengi pula kelangkaan gas elpiji, diduga kuat terjadi akibat adanya permainan oknum baik di tingkat agen, pangkalan maupun toko-toko pengecer.
"Masalahnya bukan di kuota. Tapi ada dugaan penimbunan. Coba pantau oleh masyarakat," kata Yayat saat ditemui di Gedung Bupati KBB, Ngamprah, Jumat (3/1/2013).
Menyikapi kenaikan harga serta mulai langkanya tabung gas elpiji di sejumlah wilayah di KBB, lanjut Yayat, pihaknya langsung menggelar rapat koordinasi guna mengetahui penyebab kelangkaan serta kenaikan harga gas elpiji di wilayah KBB. Rapat tersebut, kata dia, akan ditindaklanjuti dengan pembentukan tim khusus untuk memantau distribusi dan konsumsi gas di masyarakat.
"Kalau memang masih langka dan mahal, kami akan segera mengadakan operasi pasar. Tapi akan dilihat dulu di lapangan seperti apa kondisinya," kata Wabup.
Jika masyarakat atau tim yang diturunkan ke lapangan menemukan adanya aksi penimbunan gas baik oleh agen, pangkalan maupun di tingkat pengecer, Yayat berjanji tidak akan segan-segan untuk menyeret para oknum penimbun gas elpiji ke hadapan pengadilan.
"Kalau terbukti menimbun, itu sudah pidana. Itu sudah ranah kepolisian, bisa dipidana karena mereka (penimbun) sudah merugikan masyarakat," ujar Yayat.
Berdasarkan penelusuran Tribun, harga gas elpiji ukuran 12 kilogram di wilayah Kecamatan Ngamprah, meroket hingga Rp 140 ribu hingga Rp 141 ribu. Padahal harga resmi yang dirilis Pertamina hanya sekitar Rp 126.500 per tabung terhitung sejak 1 Januari lalu.
Salah satu agen gas elpiji di Gadobangkong, Kecamatan Ngamprah, menyebutkan saat ini harga gas elpiji 12 kilogram yang dijual tokonya mencapai Rp 140 ribu. Itu pun barangnya sangat terbatas. "Harganya sudah naik, sekarang Rp 140 ribu per tabung," ujar pekerja yang enggan disebutkan namanya.
Ia membantah kelangkaan gas yang dibarengi meroketnya harga tabung gas elpiji disebabkan akibat adanya penimbunan oleh oknum penjual gas. Menurut dia, kelangkaan dan melambungnya harga gas disebabkan karena memang barangnya sangat terbatas akibat tingginya permintaan dari konsumen. "Barangnya memang kosong," ujar pria berbadan kurus itu.
Berkaitan dengan kemungkinan munculnya penimbun gas, Kapolda Jabar, Irjen Pol Mochamad Iriawan berharap masyarakat segera melaporkan bila di wilayahnya kedapatan adanya penimbun gas elpiji. Meski sejauh ini, dia belum mendapatkan laporan menyusul mengemukanya harga gas elpiji 12 kilogram yang mengalami kenaikan.
"Bila ada pelaku yang melakukan penimbunan, akan kita tindak lanjuti. Masyarakat, silakan kasih informasi ke saya. Siapa tahu tidak terendus oleh kita, kasih tahu saya. Siapa pun orangnya," ujar Kapolda saat melakukan kunjungan kerja ke Mapolrestabes Bandung, Jumat (3/1).