Telkomsel LOOP: Agar Anak Muda Tak Pintar Mem-Bully Tapi Jago Cari Uang
Telkomsel punya cara menarik untuk melakukan penetrasi sekaligus mengedukasi pasar.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ada gurat kecemasan saat badan dunia UNICEF mengeluarkan hasil studinya bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika soal "Penggunaan Internet di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia" medio Februari 2014 silam. Penetrasi internet di kalangan anak muda Indonesia memang meningkat pesat, namun itu beriring risiko destruktif bila tak ada program yang mengarahkan luapan kreatifitas mereka secara benar. Telkomsel punya cara menarik untuk melakukan penetrasi sekaligus mengedukasi pasar.
RAMDAN Saputra asyik menyiapkan sebuah alat yang terhubung dengan sebuah smartphone miliknya. Sementara dua temannya, Solihin dan Ridwan tampak sibuk merapikan rambut dan baju yang mereka kenakan.
Tak lama, ketiga remaja berusia kisaran 18 tahun-an, siswa sekolah menengah atas itu bak berada di dunia berbeda kala ber-selfie ria menggunakan 'tongsis' depan gerai makanan siap saji di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta.
"Nanti langsung upload di Facebook ya," kata Ridwan.
"Jangan lupa kasih tag ke yang lain," timpal Solihin lalu diiyakan Ramdan yang entah berapa kali sudah mengambil gambar pada momen tadi.
Baik Ramdan, Solihin, dan Ridwan mengaku masing-masing punya akun media sosial sendiri. Lazimnya anak gaul sekarang, kini mereka biasa mengakses dunia maya melalui ponsel pintar yang mereka punya. Tak seperti dulu kala mereka harus pergi ke warnet jika ingin online.
"Sekarang gampang banget. Asal ada pulsa, bisa online. Habis diupload, pasti seru. Banyak yang comment. Bisa ngobrol dan seru-seruan. Bisa nge-share apapun yang ada. Termasuk narsis-narsisan," kata Ramdan lalu tertawa.
Apa yang diucapkan Ramdan memang jadi fenomena umum di kalangan remaja saat ini. Mereka menjadi mata rantai ekosistem digital yang aktif, kreatif, dan produktif di mana interaksi sosial secara maya merupakan hal yang biasa terjadi.
Terkait fenomena itu, hasil penelitian UNICEF menunjukkan sebagian besar anak-anak dan remaja di Indonesia sekarang memang sudah mengakses internet secara teratur.
Penggunaan internet, menurut studi itu, umumnya untuk mencari informasi untuk studi mereka, untuk bertemu dengan teman-teman, dan untuk menghibur diri mereka sendiri.
Namun, studi itu juga mengungkapkan, banyak remaja tidak menyadari potensi risiko yang ada ketika berbagi data pribadi dan bertemu orang asing secara online. Yang terjadi berikutnya adalah -sama seperti yang terjadi di banyak negara lain, sejumlah besar anak-anak di Indonesia telah menjadi korban cyberbullying.
Atas pesatnya penetrasi internet di kalangan anak-anak dan remaja, UNICEF menyarankan adanya sebuah program filterisasi, sebagai bentuk tanggung jawab sosial dari tiap stakeholder di dunia ke-internet-an.
"Kita perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara peluang dan risiko dalam dunia digital," kata Perwakilan UNICEF Angela Kearney dilansir situs resmi UNICEF Indonesia.
Pasar Potensial