IMF: Yuan jadi Mata Uang Utama Dunia Ketiga Setelah Dollar AS dan Euro
Yuan menjadi bagian dari Hak Penarikan Istimewa (SDR), yakni aset cadangan internasional yang digunakan negara-negara anggota IMF untuk bertransaksi
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Dana Moneter Internasional (IMF) menambahkan mata uang China, yuan, ke dalam keranjang mata uang IMF dan menetapkannya sebagai mata uang utama ketiga setelah dolar AS dan euro.
Yuan masuk ke dalam keranjang mata uang internasional IMF, bersama dolar Amerika, euro, pound sterling dan yen.
Sabtu (1/10/2016) lalu, yuan menjadi bagian dari Hak Penarikan Istimewa (SDR), yakni aset cadangan internasional yang digunakan negara-negara anggota IMF untuk bertransaksi.
Direktur Pengelola IMF Christine Lagarde kepada wartawan Jumat (30/9/2016) menyatakan, keputusan ini adalah tonggak bersejarah dan mencerminkan kemajuan pada sistem moneter, valuta asing, dan keuangan China.
Dewan eksekutif IMF menetapkan bobot masing-masing mata uang, yakni 41,73 persen bagi dolar AS, 30,93 persen bagi euro, 10,92 persen bagi yuan, 8,33 persen bagi yen, dan 8,09 persen bagi poundsterling.
Para analis mengatakan, China berusaha masuk dalam kelompok Special Drawing Rights (SDR) sebagai pengakuan mengenai perannya yang besar dan berkembang dalam ekonomi global, dan keputusan untuk menyertakan yuan diumumkan hampir setahun yang lalu.
Mata uang cadangan seharusnya bebas ditukarkan. Para ahli yang dikutip dalam keterangan pers mengenai keuangan mengatakan China diduga mencampuri pasar mata uang untuk mengatur nilai tukar uangnya.
Menteri Keuangan Amerika Jack Lew mengatakan China telah membuat perubahan besar dalam perdagangan mata uangnya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi reformasi ekonomi masih menghadapi "jalan panjang untuk ditempuh."
Sumber: NHK/VOA Indonesia