Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Bank Indonesia menyatakan kendati nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terdepresiasi sejak awal tahun ini sebesar 10,65 persen volatilitasnya masih terjaga. Depresiasi Rupiah juga masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.

Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta.

Mirza mengatakan, tekanan depresiasi Rupiah pada September 2018 dan kemudian berlanjut pada Oktober 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang negara peers.

“Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,07 persen pada September 2018 dan sedikit melemah pada Oktober 2018,” kata Mirza Adityaswara.

Bank Indonesia, lanjutnya terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar, didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.

“Kebijakan tersebut diarahkan untuk menjaga volatilitas Rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ungkapnya.

Sekadar mengingatkan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sore ini ditutup menguat ke posisi Rp 15.191 per dolar AS dari posisi awal perdagangan Rp 15.196 per dolar AS.

Baca: Disinggung Dana Kelurahan, Jokowi : Banyak Politikus Sontoloyo

Di pasar spot, Rupiah hari ini ditransaksikan pada kisaran Rp 15.190 hingga Rp 15.212 per dolar AS.

Adapun, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Rupiah melemah ke posisi Rp 15.208 per dolar AS dari posisi kemarin Rp 15.192 per dolar AS.

Caption: Bank Indonesia menyatakan kendati nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terdepresiasi sejak awal tahun ini sebesar 10,65 persen volatilitasnya masih terjaga. Depresiasi Rupiah juga masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.