Harga Daging Ayam di Indonesia 24 Persen Lebih Mahal dari Eropa
Harga ayam turun menjadi Rp 8.000, padahal modalnya mencapai Rp 16.000, per ekor. Hal itu menyebabkan petani memilih jual rugi.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Sierad Produce Tbk (SIPD) menyatakan, industri poultry masih mengalami inefisiensi biaya, terutama saat masa pandemi Covid-19.
Presiden Direktur Sierad Produce Tommy Wattimena mengatakan, hal itu menyebabkan harga ayam di Indonesia lebih mahal dari Eropa.
"Harga ayam kita lebih mahal 24 persen dari di eropa karena banyak inefisiensi di industri ini," ujarnya saat webinar, Selasa (4/8/2020). Selain problem inefisiensi, tahun 2012 dan tahun 2017 Indonesia pernah dua kali kalah dengan Brazil di sidang World Trade Organization (WTO).
Baca: Daging Ayam Giling Sebaiknya Tidak Boleh Dicuci Sebelum Disimpan, ini Bahayanya
"Kita kalah dengan Brazil, jadi Brazil akan masuk ke negara kita, impor ayam akan masuk dan Brazil merupakan satu diantara pemain global poultry sangat besar di dunia," katanya.
Menurut Tommy, masuknya Brazil sebagai pemain dunia ke dalam pasar domestik membuat pelaku industri lokal menjadi kewalahan.
Baca: Tips Membuat Daging Ayam Kampung Jadi Makin Empuk, Salah Satunya dengan Nanas
Apalagi, kata Tommy, saat Covid-19 menghantam setiap industri, termasuk poultry pada awal-awal bulan April membuat harga ayam jatuh. Dia mencontohkan kejadian banyak peternak membagikan ayamnya gratis ke masyarakat untuk menekan risiko harga pakan yang mahal.
Dia menyebut, harga ayam turun menjadi Rp 8.000, padahal modalnya mencapai Rp 16.000, per ekor. Hal itu menyebabkan petani memilih jual rugi.