Pasca Kecelakaan Maut Bus Harapan Jaya, PT KAI Pasang Patok Besi Persempit Perlintasan Tanpa Penjaga
Sebelum kecelakaan maut ini terjadi, perlintasan di Desa Ketanon masih bisa dilewati kendaraan besar seperti bus dengan panjang 12 meter.
Penulis: Choirul Arifin
Untuk memudahkan evakuasi, salah satu awak ekskavator masuk ke ruang kemudi bus untuk memutar setir. "Roda bus menghalangi manuver ke kiri, sehingga sulit ditarik," ucap Diyon.
Namun akhirnya hanya dengan satu ekskavator bus bisa ditarik dari posisinya. Badan bis selanjutnya ditarik truk derek dengan pengawalan mobil polisi.
Bus yang hancur pada bagian depan dan belakang bodi berhasil ditarik pelan menyusuri Jalan Pahlawan,Tulungagung, hingga menimbulkan kemacetan.
"Jadi total kendaraan ini 12 jam sejak kejadian baru bisa dievakuasi," ujar Diyon.
Kondisi lokomotif KA Rapih Dhoho ringsek usai menghantam badan bus Harapan Jaya di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung Minggu pagi (27/2/2022) pukul 05.10 WIB. (Istimewa)
Menyikapi kejadian ini, para pemangku kepentingan akan menggelar Forum Group Discussion (FGD).
Selain Satlantas Polres Tulungagung, FGD akan dihadiri Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Dinas Perhubungan, Jasa Raharja, PT KAI dan Organda.
FGD akan merumuskan langka selanjutnya.
Kecelakaan bus Harapan Jaya AG 7679 US dengan Kereta Api Rapih Dhoho relasi Blitar-Surabaya terjadi di perlintasan tanpa palang pintu Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru.
Saat itu ada iring-iringan 3 bus yang membawa 128 karyawan sebuah pabrik plastik.
Bus pertama berhasil melintasi rel kereta dari arah barat ke timur. Saat bus kedua melintas, di saat bersamaan melaju kereta api dari arah selatan.
Bagian belakang kanan bus tertabrak hingga ringsek. Bus terpental dan berputar hingga posisinya menghadap ke barat.
Bagian kepalanya lalu membentur gerbong pertama dan kedua, sehingga bagian depan kereta juga rusak parah. Empat orang meninggal dunia di lokasi kejadian, satu meninggal dunia saat menjalani perawatan.
Sementara 14 orang terluka, dua di antaranya luka parah dan dirawat di Red Zone (zona kritis) IGD RSUD dr Iskak Tulungagung.
Satu di antara yang terluka parah adalah bocah perempuan 3 tahun, yang mengalami patah kedua kakinya.