Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sempat Anjlok hingga Diejek Presiden Biden, Rubel Rusia Kembali Perkasa

Jatuhnya rubel Rusia menarik tanggapan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang mengatakan rubel telah menjadi “rubble” atau “puing-puing”.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in Sempat Anjlok hingga Diejek Presiden Biden, Rubel Rusia Kembali Perkasa
Russia Business Today
Mata uang rubel Rusia. 

Untuk saat ini, Rusia sendiri telah berhasil menstabilkan pasar lokal, yang berarti upaya pihak Barat untuk menjatuhkan sanksi agar memperlemah perekonomian Rusia, harus mengatur ulang strateginya.

Dan baru-baru ini, Departemen Keuangan AS telah memotong akses Rusia untuk membayar hutangnya menggunakan dolar AS yang dibekukan di bank-bank Amerika Serikat. Upaya ini dinilai dapat menguras cadangan dolar Rusia atau bahkan membuat Rusia gagal membayar hutangnya.

Pakar ekonomi menunjukkan kemungkinan adanya sanksi keuangan yang lebih ketat pada Rusia, yang mungkin dapat lebih keras dari sanksi sebelumnya yaitu memutus bank Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT.

Analis senior di Firma riset Tellimer Ltd, Paul Domjan memperingatkan agar tidak mempercayai reli pasar di tengah negosiasi yang berpotensi mengakhiri perang di Ukraina.

“Jangan membeli demonstrasi damai. Investor harus sangat berhati-hati tentang reli pasar menyusul berita tentang pembicaraan damai. Akan ada banyak fajar palsu saat dunia dengan gagah berani berusaha untuk mengakhiri perang ini.” ungkap Paul Domjan.

Putin sendiri telah mengubah strategi perangnya di Ukraina dengan memindahkan pasukan Rusia dari ibu kota Ukraina Kiev, setelah pasukannya gagal menaklukan Kiev.

Jual migas dengan rubel, mata uang Rusia kembali menguat

Presiden Vladimir Putin menetapkan kebijakan untuk pembeli asing agar melakukan pembayaran dengan mata uang rubel, saat membeli pasokan minyak dan gas dari Rusia.

Berita Rekomendasi

Keputusan ini telah membuat nilai rubel menguat kembali, dan pada Kamis (31/3/2022) pekan lalu, nilai rubel berada di level 84 per dolar AS.

Dilansir dari Tribunnews.com, Putin menandatangani dekrit yang mengatakan pembeli asing harus membayar dalam rubel untuk gas Rusia yang berlaku mulai 1 April 2022, dan kontrak akan dihentikan jika pembayaran ini tidak dilakukan.

Lembaran uang Rubel Rusia.
Lembaran uang Rubel Rusia. (Dmitry Feoktistov/TASS/The Moscow Times)

Putin menyebut pembeli asing yang membeli gas mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia.

“Untuk membeli gas alam Rusia, mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia. Dari rekening-rekening inilah pembayaran akan dilakukan untuk pengiriman gas mulai besok. Jika pembayaran tersebut tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai default dari pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya. Tidak ada yang menjual apa pun kepada kami secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan bentuk amal yaitu, kontrak yang ada akan dihentikan,” kata, Putin Kamis (31/3/2022) waktu setempat.

Namun perusahaan dan pemerintah Barat langsung menolak permintaan Putin dan menganggapnya sebagai pelanggaran kontrak yang ada, yang menetapkan mata uang euro atau dollar AS sebagai mata uang dalam pembelian minyak dan gas dari Rusia.

Bayar Gas Pakai Rubel Cuma Prototipe, Rusia Pertimbangkan Memperluas ke Kelompok Barang Baru


Skema pembayaran rubel Presiden Vladimir Putin untuk gas alam adalah prototipe yang akan diperluas Rusia ke ekspor utama lainnya.

Langkah ini diambil karena Barat telah menutup pelemahan dolar AS dengan membekukan aset Rusia.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas