Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sempat Anjlok hingga Diejek Presiden Biden, Rubel Rusia Kembali Perkasa

Jatuhnya rubel Rusia menarik tanggapan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang mengatakan rubel telah menjadi “rubble” atau “puing-puing”.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in Sempat Anjlok hingga Diejek Presiden Biden, Rubel Rusia Kembali Perkasa
Russia Business Today
Mata uang rubel Rusia. 

Informasi saja, protipe merupakan rupa yang pertama atau rupa awal atau standar ukuran dari sebuah entitas.

Melansir Reuters, perekonomian Rusia menghadapi krisis paling parah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991 setelah Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan sanksi yang melumpuhkan karena invasi Putin pada 24 Februari di Ukraina.

Tanggapan ekonomi utama Putin sejauh ini adalah perintah pada 23 Maret agar ekspor gas Rusia dibayar dalam rubel. Namun skema tersebut memungkinkan pembeli membayar dalam mata uang kontrak yang kemudian ditukarkan menjadi rubel oleh Gazprombank.

"Ini adalah prototipe sistem," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada televisi pemerintah Channel One Rusia tentang rubel untuk sistem pembayaran gas.

"Saya tidak ragu bahwa itu akan diperluas ke kelompok barang baru," kata Peskov. Dia tidak memberikan kerangka waktu untuk langkah seperti itu.

Peskov mengatakan bahwa keputusan Barat untuk membekukan cadangan bank sentral senilai 300 miliar dolar AS adalah "perampokan" yang akan mempercepat perpindahan dari ketergantungan pada dolar AS dan euro sebagai mata uang cadangan global.

Kremlin, katanya, menginginkan sistem baru untuk menggantikan kontur arsitektur keuangan Bretton Woods yang didirikan oleh kekuatan Barat pada tahun 1944.

Berita Rekomendasi

"Jelas bahwa -bahkan jika ini merupakan prospek yang jauh- kita akan datang ke beberapa sistem baru yang berbeda dari sistem Bretton Woods," kata Peskov.

Sanksi Barat terhadap Rusia, katanya, telah "mempercepat erosi kepercayaan terhadap dolar dan euro."

Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia oleh Ukraina.

Baca juga: Putin Ancam akan Hentikan Pasokan Gas jika Eropa Tak Bersedia Bayar Pakai Rubel

Ukraina telah menolak klaim penganiayaan Putin dan mengatakan sedang memerangi perang agresi Rusia yang tidak beralasan.

Pejabat Rusia telah berulang kali mengatakan upaya Barat untuk mengisolasi salah satu produsen sumber daya alam terbesar di dunia adalah tindakan irasional yang akan menyebabkan melonjaknya harga bagi konsumen. Kondisi itu akan membuat Eropa dan Amerika Serikat mengalami resesi.

Baca juga: NEWS HIGHLIGHT: Saat Kebijakan Putin Jual Migas Pakai Rubel, Mata Uang Rusia Kini Kembali Perkasa

Rusia telah lama berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang AS, meskipun ekspor utamanya - minyak, gas dan logam - dihargai dalam dolar di pasar global.

Secara global, dolar sejauh ini merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan, diikuti oleh euro, yen, dan poundsterling Inggris.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas