Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

India Larang Ekspor Gandum, Stabilitas Pangan Indonesia Terancam

India resmi melarang ekspor gandum imbas inflasi indeks harga konsumen tahunan sebesar 7,79 persen pada April 2022, dengan inflasi makanan melejit hin

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in India Larang Ekspor Gandum, Stabilitas Pangan Indonesia Terancam
Shutterstock
Ilustrasi gandum - India Larang Ekspor Gandum, Stabilitas Pangan Indonesia Terancam 

Kenaikan harga gandum dalam jangka panjang akan mengganggu industri dan UMKM domestik yang menggunakan bahan baku gandum dan tepung gandum sebagai input produksi.

"Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga produk dan dampak lebih jauhnya adalah kerugian bagi industri dan UMKM. Kerugian ini kemudian dapat berdampak lebih buruk lagi pada pengurangan input lain seperti tenaga kerja, sehingga akan menciptakan pengangguran baru," tutur Rahma.

Produsen Mi Instan

Salah satu perusahaan domestik yang bergantung dengan produk dari gandum adalah Indofood, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Berdasarkan prospektusnya, ICBP adalah perusahaan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Bumbu Penyedap dari INDF.

ICBP membeli bahan baku tepung terigu dari kelompok usaha Bogasari INDF yakni PT Bogasari Sentra Flour Mills (BSFM) dan PT Bogasari Flour Mills (BFM) yang merupakan perusahaan penggilingan biji gandum.

Pembelian bahan baku tersebut disepakati bahwa harga jual tidak boleh lebih tinggi dari harga jual Divisi ISM Bogasari
kepada pihak ketiga lain yang bergerak di bidang industri sejenis.

BERITA TERKAIT

Laporan keuangan INDF tahun 2021 menunjukkan perseroan mengeluarkan Rp 49,18 triliun untuk biaya bahan baku, ditambah beban produksi senilai Rp16,49 triliun.

Ini menambah beban pokok INDF senilai Rp66,88 triliun. Sebagian besar pemasok bahan baku INDF datang dari Sojitz Asia Pte Ltd Singapura (Sojitz) sebesar 12,68 % , meningkat dari tahun 2020 sebesar 9,44 % .

Tahun 2021 ICBP meraih laba bersih Rp6,38 triliun. Realisasi itu lebih rendah 3,01 % dari laba tahun 2020 senilai Rp6,58 triliun. Sementara INDF menghasilkan laba bersih Rp7,64 triliun, meningkat 18,38 % dari 2020 sebesar Rp6,45 triliun.

INDF dan ICBP sangat mengkhawatirkan risiko harga komoditas dari beberapa faktor, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar dan
lingkungan ekonomi global.

Sepanjang tahun 2021, INDF menerima dampak yang ditimbulkan dari pembelian minyak kelapa sawit (CPO).

Untuk mengantisipasi fluktuasi harga komoditas global, kelompok usaha perseroan melakukan penyesuaian harga jual produk secara berkala. Artinya, terdapat kebijakan untuk menaik-turunkan harga produk di pasar. (Tribun Network/nis/wly) (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas