Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Permintaan dari AS, Eropa dan China Melemah, Eksportir Asia Merugi

Perlambatan ekonomi China juga semakin menambah beban bagi eksportir di kawasan Asia, kata Neumann.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Permintaan dari AS, Eropa dan China Melemah, Eksportir Asia Merugi
Tribunnews.com
Pelabuhan peti kemas di Tanjung Priok (JICT). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Kepala ekonom untuk kawasan Asia di perusahaan jasa keuangan Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), Frederic Neumann mengungkapkan eksportir Asia akan menghadapi tantangan yang signifikan karena turunnya permintaan dari pasar utama seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan China dalam beberapa bulan mendatang.

Neumann menambahkan, aktivitas manufaktur di Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini dapat mempengaruhi permintaan ekspor produk dari Asia, mengingat Eropa adalah pasar ekspor utama Asia.

Baca juga: Analis: Ketegangan China-Taiwan Berpotensi Mengancam Aktivitas Perekonomian Global

“Ingat bahwa Eropa adalah pasar ekspor utama bagi eksportir Asia. Kami juga memperkirakan pada dasarnya penurunan pengiriman yang datang melalui paruh kedua tahun ini, yang melengkapi poros pengeluaran AS dari barang. Perlambatan AS dan Eropa akan menjadi hambatan bagi eksportir Asia,” ujar Neumann, yang dikutip dari CNBC.

Perlambatan ekonomi China juga semakin menambah beban bagi eksportir di kawasan Asia, kata Neumann.

“Sangat jelas data perdagangan menunjukkan kelemahan dalam permintaan domestik ini. China adalah pasar ekspor besar ketiga yang benar-benar perlu kita dukung, itu juga sepertinya tidak benar-benar meningkat. Dari perspektif itu, resesi perdagangan tidak dapat dikesampingkan. keluar saat ini,” ungkap ekonom ini.

Biro Statistik Nasional China (NBS) pada pekan lalu mengungkapkan indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) China turun menjadi 49,0 pada bulan Juli dari 50,2 di bulan Juni.

China, yang ekonominya hanya tumbuh 0,4 persen secara year-on-year pada kuartal kedua tahun ini, merupakan pasar ekspor utama bagi banyak negara Asia. Sehingga perlambatan ekonomi China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, akan berdampak ke seluruh kawasan Asia.

Berita Rekomendasi

“Sektor manufaktur benar-benar merupakan bagian paling rapuh dari ekonomi global saat ini. Di situlah kita melihat tanda-tanda pertama pelemahan datang baik di AS, apakah di Cina daratan, apakah di Eropa.” kata Neumann.

Menurut Neumann, perekonomian Asia sangat bergantung pada negara yang memiliki sektor manufaktur besar seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Melemahnya permintaan produk di negara-negara ini dapat memperlambat perekonomian Asia.

“Asia sangat bergantung pada ekonomi sektor manufaktur global seperti [Selatan] Korea, Jepang, Taiwan - semuanya sangat terpapar pada permintaan manufaktur global. Jadi perlambatan segera akan menular ke pertumbuhan yang lebih lambat di Asia,” kata Neumann.

Baca juga: LPEI Dorong Pelaku Usaha Manfaatkan Produk Asuransi Ekspor Demi Rasa Aman

Tekanan Inflasi

Frederic Neumann mengatakan prospek manufaktur global yang lemah semakin diperparah oleh melonjaknya inflasi di seluruh kawasan Asia.

“Kami juga memiliki masalah inflasi. Itu akan menjadi masalah yang sulit dan kami pikir itu akan bertahan hingga tahun ini, meskipun terjadi perlambatan di bidang manufaktur,” jelas ekonom ini.

Harga komoditas yang sudah mulai turun dapat meredam inflasi utama, kata Neumann. Namun, inflasi inti tetap tinggi, yang sebagian besar didorong oleh upah dan gangguan rantai pasokan. Neumann menambahkan, tingginya inflasi inti akan merugikan eksportir Asia karena dapat mendorong lonjakan harga.

“Jangan salah, kami melihat inflasi inti yang sangat lengket. Dan tentu saja, gangguan rantai pasokan di Asia tidak membantu di bidang ini dalam hal menurunkan tekanan harga dalam beberapa bulan mendatang.” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas