Inflasi Melanda Australia, Ratusan Ribu Warga Mengalami Krisis Pangan
Melesatnya harga pangan dan energi pasar global perlahan menyeret naik sejumlah harga kebutuhan pokok di Australia
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA – Menurut laporan lembaga amal Foodbank, sekitar 500.000 rumah tangga di Australia saat ini tengah dilanda krisis pangan.
Imbas dari melonjaknya laju inflasi yang telah mencapai 6,8 persen selama kuartal ketiga di 2022.
Melesatnya harga pangan dan energi pasar global perlahan menyeret naik sejumlah harga kebutuhan pokok di Australia, hingga membuat inflasi tahunan di negara kangguru ini meroket ke rekor tertinggi mengungguli inflasi di masa pandemi.
Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan Mentan Dorong Semua Negara di Dunia Buka Jalur Distribusi Makanan
"Krisis kali ini lebih parah daripada penelitian sebelumnya. Saya belum pernah melihat sesuatu seperti yang kita lihat sekarang. Ini akan mengejutkan banyak orang bahwa kita melihat tingkat kerawanan pangan yang lebih buruk daripada puncak pandemi," jelas Kepala eksekutif Foodbank, Brianna Casey.
Selain inflasi, guncangan bencana banjir di Pantai Timur Australia pada Maret dan Juli lalu, juga menambah gangguan pangan di negara itu.
Pasalnya, bencana ini menghancurkan puluhan hektar tanaman, sehingga mendorong lonjakan harga makanan di Australia.
Menurut keterangan Biro Statistik Australia, harga buah dan sayuran pada Agustus kemarin naik 18,6 persen dibandingkan tahun lalu.
Sementara harga makanan dan minuman non alkohol meningkat menjadi 9,3 persen selama 12 bulan terakhir.
Baca juga: Ada Potensi Penurunan, Laju Inflasi Oktober Diprediksi 0,05 Persen Secara Bulanan
Sayangnya lonjakan harga pangan yang terjadi di Australia tak disertai dengan adanya kenaikan tunjangan ataupun gaji, kondisi ini yang kemudian membuat 21 persen atau lebih dari 2 juta orang di Australia mengalami kerawanan pangan akibat kesulitan mendapatkan bahan makanan dan nutrisi yang cukup.
“Sebanyak 64 masyarakat menyebutkan kenaikan biaya hidup yang tinggi dan 42 persen menunjuk pada penghasilan yang rendah, faktor eksternal ini yang mempengaruhi rumah tangga mengalami kerawanan pangan yang parah dari sebelumnya,” menurut laporan yang dirilis Foodbank.
Seperti Jane, seorang ibu tunggal berusia 27 tahun yang tinggal di sebuah persewaan pribadi di New South Wales. Jane adalah satu dari sekian banyak warga Australia yang mengeluhkan kenaikan harga pangan.
Meski Jane telah menerima bantuan pembayaran single parent dari pemerintah, namun hal tersebut belum cukup mampu membantu Jane dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, ia terpaksa mencari bantuan dari badan amal setempat selama berminggu-minggu setelah universitas tempatnya mengajar tidak membayarkan gaji para karyawan.
“Biaya hidup meningkat sedemikian rupa sehingga saya harus lebih bergantung pada organisasi-organisasi itu.Tanpa bantuan itu saya hanya hidup dari roti panggang dan mie instan,” ujar Jane dikutip dari The Guardian.
Baca juga: 123 Juta Warga Sub Sahara Afrika Terancam Masalah Pangan Akut
Khawatir kondisi ini makin memperparah krisis pangan di Australia, Foodbank lantas menyerukan anjuran pada pemerintah setempat untuk segera meningkatkan pembayaran pendapatan serta mendukung bantuan tambahan untuk semua sektor masyarakat selama beberapa bulan ke depan.