Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom Indef Sebut Pemerintah Harus Kuasai Industri Riset IKN, Jangan Diserahkan ke Swasta

Pemerintah harus membangun industri riset di IKN dan Kepemilikannya harus dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Ekonom Indef Sebut Pemerintah Harus Kuasai Industri Riset IKN, Jangan Diserahkan ke Swasta
ist
ILUSTRASI - Pembangunan infrastruktur gedung pemerintahan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman meminta pemerintah menguasai industri riset di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, bukan menyerahkan kepada investor.

Hal itu disampaikan karena adanya kabar yang menyebutkan Badan Otorita IKN dan Pemerintah akan memberi insentif berupa tax deduction sebesar 350 persen untuk para investor.

Insentif tersebut diberi kepada investor yang akan membangun fasilitas penelitian dan pengembangan di IKN.

"Pemerintah harus membangun industri riset di sana. Kepemilikannya harus dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” kata Rizal ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (24/10/2022).

Baca juga: Tarik Minat Swasta, Pembangunan Infrastruktur IKN Harus Dimulai Oleh Pemerintah

Kepala Pusat Makroekonomi & Keuangan Indef itu menyebut penelitian dan pengembangan (litbang) tidak boleh dikuasai oleh swasta atau asing.

“Itu kan tempat strategis. Masa litbang diserahkan ke swasta atau asing. Gimana gitu loh. Ini negara punya kita,” ujarnya.

Berita Rekomendasi

Menurut Rizal, riset dasar perlu langsung dikerjakan oleh pemerintah karena langsung berhubungan dengan sumber daya alam di Kalimantan.

Ia takut bila perusahaan swasta atau asing yang mengendalikan, dapat mengancam keberlanjutan.

Tak hanya itu, produk pengembangannya juga tak bisa dimanfaatkan oleh industri lokal.

“Sangat tidak tepat untuk saat ini apabila dibuka tempat riset yang bisa mengambil sumber daya alam di sana. Itu bisa mengancam sustainability. Bahkan juga nilai tambah dari pengembang produk-produk turunannya itu tidak bisa di-drive oleh industri kita,” kata Rizal.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas