Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah, Tembus Level Rp15.500 per Dolar AS
Sebelumnya pada Senin (5/12/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.462.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah, Tembus Level Rp15.500 per Dolar AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/nilai-tukar-rupiah-menguat_20211014_174353.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.563 pada Selasa (6/12/2022) pagi sekitar pukul 10.03 WIB.
Sebelumnya pada Senin (5/12/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.462.
Jika dilihat lebih detail, rupiah mengalami penguatan 101 poin.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi cenderung melemah pada penutupan sore nanti.
Baca juga: Senin Pagi, Nilai Tukar Rupiah Perkasa Terhadap Dolar AS ke Level Rp15.395
"Untuk perdagangan besok (hari ini) mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.450 hingga Rp15.500," ucap Ibrahim dalam analisanya, (5/12/2022).
Sebelumnya pada kemarin (5/12/2022), nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.462
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 36 poin. Dimana pada Jumat (2/12) rupiah di level Rp15.426
Ibrahim mengatakan, fluktuasi rupiah utamanya disebabkan sentimen internal dan juga eksternal.
Untuk faktor eksternal, fluktuasi rupiah terdorong sentimen Bank sentral AS yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakan dengan tambahan 50 basis poin pada pertemuan tersebut.
Para pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan suku bunga acuan Fed mencapai puncaknya di 4,92 persen pada bulan Mei 2023.
Untuk faktor internal, fluktuasi rupiah terdorong sentimen pertumbuhan ekonomi 2023 yang diasumsikan 5,3 persen, berdasarkan Undang-undang (UU) Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Meski begitu, kemungkinan tantangan dari perekonomian global yang bakal dihadapi Indonesia semakin nyata.
"Pemerintah terus memperkuat optimisme, walaupun dunia sedang bergejolak. Baik karena berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, maupun perang dagang AS dan China serta lockdown China masih akan dilakukan hingga 6 bulan ke depan. Lalu ada juga masalah terkait gangguan mata rantai pasokan di dunia," pungkas Ibrahim.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.