Menperin Agus Gumiwang Ungkap Empat Tantangan Sektor Manufaktur dalam Hilirisasi Industri
Industri manufaktur berkontribusi terhadap Produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 16,1 persen.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Menperin Agus Gumiwang Ungkap Empat Tantangan Sektor Manufaktur dalam Hilirisasi Industri](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/agus-gumiwang-hilirisasi-indusyri.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, sedikitnya ada empat tantangan yang tengah dihadapi sektor manufaktur di tengah hilirisasi industri yang menjadi penopang perekonomian nasional.
Menurut Agus, industri manufaktur berkontribusi terhadap Produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 16,1 persen. Meski begitu, Agus mengaku sektor manufaktur masih memiliki tantangan diantaranya terkait ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 dengan tema Menjaga Resiliensi Ekonomi melalui Transformasi Struktural di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Baca juga: Menteri Investasi Sebut Bakal Tindak Perusahaan yang Enggan Terapkan Hilirisasi
"Setiap tahun dibutuhkan at least 600 ribu tenaga kerja baru, untuk mengisi sektor manufaktur termasuk didalamnya adalah hilirisasi," kata Agus.
Kata Agus, tantangan kedua yang tengah dihadapi sektor manufaktur adalah perluasan kerja sama internasional. Hal itu lanjut Agus, untuk membuka pasar ekspor baru yakni di dua target ekspor yaitu Eropa dan Afrika.
"Kita segera menyelesaikan perjanjian untuk Indonesia IUE-CEPA yang tentu akan membawa manfaat yang sangat besar khususnya bagi industri manufaktur, agar barang kita lebih mudah dikirim ke Eropa sebagai market yang cukup besar. Afrika juga merupakan non-tradisioonal market yang terus kita ekspor secara serius," lanjut dia.
Agus memaparkan, tantangan ketiga yaitu berkaitan dengan insetif. Menurut Agus, insentif harus berlandaskan investor frendly dan market frendly.
"Yang paling penting kita bisa melaukan Benchmarking terhadap negara-negara lain. kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukan oleh negara lain sebagai insetif untuk mendorong pertumbuhan manufaktur di negaranya masing-masing," paparnya.
Terakhir, Agus menambahkan tantangan lain yaitu menyangkut internasional. Dia menyontohkan, tantangan itu meliputi gugatan WTO terhadap Indonesia mengenai ekspor nikel.
"Kita digugat WTO, kita juga kalah, kita sedang melakukan banding tapi tidak membuat program hilirisasi nikel berhenti, karena kita akan tetap berjalan terus sebagai negara yang berdaulat," tegasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.