Ditopang Pertumbuhan Ekonomi, Penetrasi Industri Asuransi Diprediksi Menguat di 2023
Potensi pasar industri asuransi di Indonesia di tahun 2023 diprediksi semakin besar.
Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Potensi pasar industri asuransi di Indonesia di tahun 2023 diprediksi semakin besar. Optimisme tersebut disampaikan anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono.
Ia yakin industri asuransi tahun ini akan tumbuh positif dengan beberapa faktor penopang seperti pertumbuhan ekonomi pascapandemi yang masih positif, di atas 5 persen.
Selain itu, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang masih rendah. Data Otoritas Jasa Keuangan pada 2021, penetrasi asuransi hanya 3,18 persen, yang terdiri atas penetrasi asuransi jiwa 1,19 persen, asuransi umum 0,47 persen, asuransi sosial 1,45 persen, dan asuransi wajib 0,08 persen.
“Artinya masih banyak peluang pertumbuhan asuransi," kata Ogi dalam Rapat Dewan Komisioner OJK, 2 Januari 2023.
Di sisi lain, Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland, mengatakan survei Manulife Asia Care 2022, sebanyak 83 persen masyarakat Indonesia menyatakan butuh asuransi dan 76 persen ingin membeli produk asuransi.
“Tahun 2023 memang menjadi tantangan, tapi sekaligus peluang bagi kami. Jadi, berdasarkan hasil survei kami itu, ternyata banyak masyarakat yang butuh proteksi,” ujar Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland saat meluncurkan produk asuransi MiProsper Assurance for Pension (MiPassion) di Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023.
Baca juga: Mobil Tercebur Saat Akan Naik Kapal di Pelabuhan Merak, Budi Karya Minta Maaf, ASDP Urus Asuransi
Menurut Ryan Charland, hadirnya produk itu sebagai simbol optimisme terhadap kondisi Indonesia yang sangat potensial.
Tercatat, sepanjang 2021, Manulife membukukan kinerja solid. Pendapatan bersih premi asuransi Manulife Indonesia meningkat 42 persen menjadi Rp 12,1 triliun, sedangkan kinerja premi bisnis baru mencapai Rp 7,5 triliun berdasarkan annualized premium equivalent (APE).