Bos Emiten Rumah Sakit: Penanganan Risiko Kanker di RI Perlu Kolaborasi Swasta dan Pemerintah
Emiten rumah sakit PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mendukung upaya pemerintah menekan risiko penyakit kanker di Indonesia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten rumah sakit PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mendukung upaya pemerintah menekan risiko penyakit kanker di Indonesia.
Hal itu disampaikan Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) John Riady dalam keterangannya, Senin (27/2/2023).
Menurut John, kanker sebagai penyakit katastropik adalah penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta kematian per tahun sehingga perlu perhatian lebih.
Baca juga: Rumah Sakit Siloam Kampanyekan Tiga Upaya Semangat Lawan Kanker Payudara
“Kanker adalah penyakit katastropik serius sehingga penanganannya harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta,” kata John.
“Sebab, anggaran pembiayaan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan untuk penyakit kanker menempati peringkat kedua tertinggi setelah penyakit jantung sebesar Rp 3,5 triliun,” sambungnya.
Baca juga: Cegah Kasus Kanker Semakin Banyak, Yuk Perbaiki Gaya Hidup dan Pola Makan
Berdasarkan data Global Cancer Statistics (Globocan), di Indonesia pada tahun 2020, kasus baru kanker sebanyak 396.314 kasus dengan kematian mencapai 234.511 orang.
Perempuan adalah kelompok berisiko tinggi terkena kanker, tercatat kanker payudara sebanyak 65.858 kasus dan kanker leher rahim sebanyak 36.633 kasus.
Sedangkan laki-laki paling banyak menderita kanker paru yaitu sebanyak 25.943 kasus dan kanker kolorektal 21.764 kasus.
John mengatakan, SILO yang sejak tahun 2011 mengoperasikan pusat penanganan kanker Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC), berperan sebagai Center of Excellence (CoE) untuk penanganan kanker di Indonesia.
Selain memiliki fasilitas perawatan mumpuni, MRCCC juga menyediakan dokter spesialis, fasilitas khusus, hingga layanan komprehensif, dan spesifik untuk perawatan pasien.
“Kami menyadari peran dan tanggung jawab besar yang harus diemban rumah sakit swasta untuk melayani masyarakat. Saya pastikan MRCCC berada di garda terdepan untuk mendukung transformasi layanan kesehatan di Indonesia, yang dipimpin Kementerian Kesehatan dalam mengikis kesenjangan penanggulangan kanker di daerah,” jelas John.
Dikatakan, sebagai satu-satunya pusat kanker swasta terakreditasi dan pusat kanker tersier rujukan, MRCCC juga berperan signifikan sebagai fasilitas deteksi dini, bedah onkologi, kemoterapi, dan radioterapi secara terpusat di satu lokasi.
MRCCC menyediakan beragam fasilitas dan alat penunjang seperti USG, Mamografi, MRI, PET-CT Scan, laboratorium molekular diagnostik, serta laboratorium patologi imunohistokimia yang berperan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi.
Hingga akhir tahun 2022, kata John, MRCCC telah melayani lebih dari 91.000 pasien kanker, lebih dari 34.000 radioterapi, lebih dari 10.000 kemoterapi, lebih dari 4.600 prosedur pemindaian PET-CT Scan, dan melakukan lebih dari 2.900 tindakan operasi.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, kanker adalah salah satu dari delapan penyakit yang banyak membobol anggaran BPJS Kesehatan.
Pemerintah, lanjutnya, terus bersinergi dengan rumah sakit swasta untuk mengajak masyarakat agar berani melakukan deteksi dini kanker.
“Kanker yang ditemukan pada stadium yang lebih dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan hingga 80-90 persen, salah satu upayanya adalah melalui deteksi dini,” kata Menkes.
Ia mengatakan, deteksi dini pada kanker dapat dilakukan dengan beberapa metode, contohnya untuk kanker payudara caranya mengecek menggunakan metode SADANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis) dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
“Pemerintah dibantu swasta terus melakukan terobosan dalam penanganan berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat,” kata Menkes.