Thiwul Ayu Mbah Marto Karanganyar, Punya Misi Lestarikan Pangan Lokal dan Bikin Tiwul Naik Kelas
Cerita UMKM Thiwul Ayu Mbah Marto di Karanganyar Jawa Tengah yang punya misi melestarikan makanan tradisional dan diversifikasi pangan.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM, Karanganyar - "Saya punya misi agar anak muda mengenal tiwul," ungkap Sedyo Rahayu.
Pria yang akrab disapa Dyo itu merupakan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Thiwul Ayu Mbah Marto, Karanganyar, Jawa Tengah.
Mbah Marto adalah ibunda Dyo yang berjualan tiwul secara tradisional sejak 1979.
Sempat bekerja sebagai marketing di koperasi, Dyo memutuskan resign dan membuka Thiwul Ayu Mbah Marto pada 2019.
"Sejak saya kecil ibu sudah jualan di pasar tradisional, setelah sudah sepuh tidak dilanjutin, akhirnya saya lanjutkan dengan varian dan kemasan kekinian," ungkap Dyo saat ditemui di kiosnya, Sabtu (3/6/2023).
Selain mempertahankan rasa original, Dyo membuat inovasi varian lain, seperti tiwul gula aren, pandan, keju, cokelat, pelangi, dan mix.
"Resep original dari mbah, dari ibu saya, kalau varian lain coba-coba sendiri."
"Proses pembuatan tiwul masih manual, bedanya cuma penyajian kukusan dan kemasan saja," ujarnya.
Baca juga: Diskusi Bareng UMKM, Stafsus Erick Thohir Dorong Rumah BUMN Solo Makin Aktif Beri Pendampingan
Harga satu kotak Thiwul Ayu Mbah Marto berkisar antara Rp 13.000 hingga Rp 16.000.
Kios Thiwul Mbah Marto saat ini berlokasi di belakang Alun-alun Karanganyar.
Selain mengembangkan usaha orangtua, Dyo memiliki tujuan agar makanan khas Jawa itu tidak punah.
"Biar pada tahu bahwa tiwul dulu jadi makanan orang tua, biar tiwul juga punya nilai jual tinggi, biar tiwul berkelas," ungkap Dyo.
Dyo mengaku omzet penjualan Thiwul Ayu Mbah Marto mencapai Rp 15 juta per bulan.