Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Raksasa Properti China Evergrande Bangkrut, Pernah Disinggung Jokowi dan Bikin Investor Tahan Duit

Pengumuman bangkrut Evergrande menjadi lambang krisis utang luar biasa di sektor properti negara tirai bambu.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Raksasa Properti China Evergrande Bangkrut, Pernah Disinggung Jokowi dan Bikin Investor Tahan Duit
China Daily
Raksasa properti terbesar asal China, Evergrande Group telah resmi dinyatakan bangkrut di Pengadilan New York Amerika Serikat pada Jumat (18/8/2023). Evergrande dilanda krisis modal imbas kehilangan dana pemegang saham senilai 81 miliar dolar AS pada 2021 dan 2022. 

"Jangan ditepok tangani. Utangnya Rp 4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu? Sekali lagi hati-hati mengenai hal ini," tambah Jokowi.

Investor Tahan Investasi

Realestat Indonesia (REI) menilai bangkrutnya Evergrande bakal membuat konsumen kelas atas di Indonesia "mengerem" berinvestasi properti.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) REI, Joko Suranto mengatakan, konsumen kelas atas akan cenderung menahan diri.

"Kalau untuk yang (konsumen) atas pastinya tekanannya akan lebih kuat. Mereka kan relatifnya orang yang memiliki kemampuan finansial, mampu menahan diri dan mengevaluasi. Mereka punya pilihan untuk investasi dan sebagainya," katanya kepada Tribunnews, Sabtu (19/8/2023).

Menurut dia, para investor akan lebih menahan diri, menahan dahulu, dan berhati-hati dalam memilih properti beserta pengembangnya.

Baca juga: Anak Usaha China Evergrande Group Bakal Hentikan Produksi EV di Tengah Kekurangan Dana

Hal itu akan memberikan tekanan pada sektor properti di Indonesia. "Sehingga itu semua akan memberikan tekanan, bahasanya adalah akan ada relatif perlambatan," kata Joko.

Sedangkan untuk konsumen menengah ke bawah, ia beranggapan tak akan begitu terpengaruh oleh kebangkrutan yang dialami Evergrande Group.

Berita Rekomendasi

"Jadi kalau tekanan utamanya kan kalau kita melihat data dari PUPR, di mana backlog yang 12 juta lebih itu terjadi di struktur konsumen yang relasi menengah ke bawah," kata Joko.

"Artinya tingkat kebutuhan rumah untuk rumah pertama ataupun kebutuhan utama itu masih terjaga dan setidaknya itu akan menopang kinerja properti. Itu akan mendukung sisi cash flow developer," lanjutnya.

Secera keseluruhan, Joko melihat dampak dari kebangkrutan Evergrande akan terasa pada sektor properti Tanah Air, tetapi tidak berlangsung lama.

"Ya kalau pengaruh atau dampaknya pasti akan ada, walaupun itu juga akan pendek ya," katanya.

Menurut dia, pengaruh pertama yang akan terasa adalah pada bursa saham, di mana akan mendorong adanya sentimen negatif khususnya untuk saham sektor properti. Lalu, akan berdampak pada bursa secara keseluruhan.

Kedua, pada sektor properti, calon konsumen yang sadar akan kebangkrutan Evergrande Group dinilai akan mendapat tekanan.

"Konsumen yang ngeh dan sebagainya akan lebih hati-hati memilih propertinya, memilih developer-nya," ujar Joko.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas