Mayoritas Penglaju Inginkan Satu Metode Pembayaran di Transportasi Publik
Sebuah survei mengungkap 49 persen responden di Asia Pasifik menggunakan empat atau lebih metode pembayaran berbeda pada moda transportasi publik.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah survei mengungkap 49 persen responden di Asia Pasifik mengaku menggunakan empat atau lebih metode pembayaran berbeda pada moda transportasi publik setiap bulannya.
Survei Visa Global Urban Mobility dilakukan oleh Wakefield Research pada Mei 2023 kepada 11.500 responden di 12 negara yang menggunakan transportasi umum yakni Singapura, Jepang, Mesir, Australia, Amerika, Indonesia, Inggris, Pakistan, Jerman, Italia, Meksiko dan Chile.
Survei ini mengukur sentimen terhadap transportasi publik dan perilaku pembayaran konsumen ketika menggunakan moda transportasi yang berbeda.
Tiga dari lima responden atau 58 persen mengungkapkan keinginan untuk menggunakan satu metode pembayaran untuk semua moda transportasi, yang akan mendorong mereka untuk lebih sering menggunakan transportasi umum.
Temuan studi lebih lanjut menggarisbawahi meningkatnya kebutuhan untuk menyederhanakan metode pembayaran bagi komuter.
Transportasi umum menyumbang hampir 70 persen perjalanan penumpang perkotaan di Asia Pasifik. Karena populasi perkotaan terus tumbuh, sektor transportasi umum menghadapi tantangan mendesak untuk beradaptasi dengan kebutuhan yang berkembang dan preferensi pembayaran dari para komuter.
Bagi sebagian pengguna yang tidak memiliki rekening bank, transportasi umum merupakan layanan penting untuk kebutuhan mobilitas mereka. Namun, banyak konsumen kesulitan dengan ragam metode pembayaran yang tersedia.
Studi Visa tahun ini mensurvei komuter di empat negara Asia Pasifik yaitu Australia, Indonesia, Jepang dan Singapura dan menemukan 96 persen responden berharap penyedia layanan transportasi umum menawarkan metode pembayaran nirsentuh, dengan 65% responden cenderung menggunakan pembayaran nirsentuh sebagai pilihan untuk transportasi umum.
Baca juga: Jokowi: Terlambat Bangun Transportasi Publik, Banyak Orang Akhirnya Gunakan Kendaraan Pribadi
Opsi ini mencakup kartu debit, kredit, atau kartu prabayar. Responden menyatakan beberapa manfaat pembayaran nirsentuh, termasuk kenyamanan, berkurangnya kekhawatiran terhadap jumlah uang tunai yang dibawa, serta jaminan tarif terbaik melalui pembatasan tarif.
“Studi ini mengungkapkan kuatnya permintaan untuk opsi pembayaran yang praktis dan nyaman di transportasi umum dari kalangan komuter di Asia Pasifik,” ujar T.R. Ramachandran, Head of Products and Solutions, Asia Pasifik, Visa dalam keterangannya, Senin (21/8/2023).
Studi ini juga menunjukkan bahwa separuh dari komuter (45%) akan lebih sering menggunakan transportasi umum jika perjalanan mereka memiliki batas tarif.
Baca juga: Saran Aktivis WALHI untuk Atasi Polusi Udara, Maksimalkan Transportasi Umum
Pembayaran nirsentuh menjamin tarif yang pasti bagi orang yang menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan metode lain seperti uang tunai.
"Pembatasan tarif dan membayar secara nirsentuh juga membantu komuter memastikan berapa biaya yang mereka habiskan untuk total perjalanan mereka dalam satu hari, minggu, atau bulan, sehingga tidak perlu lagi terus mengisi ulang kartu pembayaran transportasi umum yang berlaku secara bulanan," katanya.
Ramachandran menambahkan, metode pembayaran digital untuk transportasi umum memainkan peran utama dalam mendukung individu yang minim akses pada layanan keuangan dan yang tidak memiliki rekening bank, di mana transportasi umum tetap menjadi kebutuhan untuk pergi bekerja atau ke sekolah.
Pihaknya akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan operator transportasi untuk menawarkan pengalaman pembayaran terpadu yang mengakomodasi berbagai metode pembayaran untuk meningkatkan mobilitas perkotaan dengan berfokus pada kenyamanan pelanggan.
Caption : Separuh komuter di Asia Pasifik (49%) menggunakan empat atau lebih metode pembayaran yang berbeda untuk transportasi setiap bulannya, ungkap Survei Global Urban Mobility dari Visa yang dilakukan oleh Wakefield Research.