Cerita Bos Defend ID: Industri Pertahanan Raih Untung Hingga Tak Ikut Campur Perang Israel-Palestina
Salah satu perusahaan industri pertahanan, Lockheed Martin kini mengalami banyak pesanan pesawat.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik di Timur Tengah kembali pecah, tepatnya antara Israel-Palestina pada Sabtu (7/10/2023) di wilayah jalur Gaza.
Ketegangan ini muncul, paska penutupan pintu masuk dan keluar di wilayah tersebut pada beberapa waktu sebelumnya.
Perang tentunya memberikan dampak negatif, lantaran banyaknya kerugian yang dihasilkan. Mulai dari kerusakan bangunan hingga banyaknya korban jiwa dan luka.
Baca juga: Sederet Dampak Perang Hamas Vs Israel ke Indonesia, Harga Beras Naik, Bagaimana dengan BBM?
Hal sebaliknya justru dialami oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pertahanan. Industri ini justru mendapatkan cuan.
Direktur Utama Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Pertahanan atau Defend ID, Bobby Rasyidin mengungkapkan, hal ini dikarenakan banyaknya permintaan alat pertahanan yang masuk.
"Konflik ini tidak terjadi hanya kemarin saja, konflik ini ketika Rusia melakukan invasi ke Ukraina itu hampir semua saham dari industri pertahanan itu terbang. karena apa? backlog-nya itu jadi panjang," ucap Bobby di Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Ia mencontohkan salah satu perusahaan industri pertahanan, Lockheed Martin, yang kini mengalami banyak pesanan pesawat.
Sehingga, order produksi pesawat pum yang biasanya rampung dalam kurun waktu 2 tahun, kini jarak waktu order semakin panjang.
"Misal Lockheed Martin, yang tadi backlog bikin pesawat cuma 2 tahun, sekarang kalau enggak salah 7 atau 8 tahun. Jadi kalau order hari ini, baru 8 tahun lagi pesawatnya jadi," papar Bobby.
Namun, lanjut Bobby, Defend ID tak mendapatkan dampak positif dari adanya rentetan sejumlah konflik global.
"Alhamdulillah, dari buah konflik-konflik ini enggak ada yang mampir ke industri pertahanan kita, jadi enggak ada ekspor kita itu tidak terpengaruh sama sekali, enggak ada yang minta," ucap Bobby.
Defend ID Tak Ikut Suplai ke Konflik Israel-Palestina
Defend ID menegaskan bahwa pihaknya tak ikut memasok senjata pada konflik yang terjadi antara Israel-Palestina.
Diketahui, holding industri pertahanan beranggotakan PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Pindad, PT Dahana, dan PT Len Industri. Holding ini salah satunya bergerak dalam produksi bidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan).
Bobby Rasyidin mengungkapkan, hal ini dikarenakan produksi senjatanya harus diekspor secara hati-hati.
Di mana, harus melalui izin dari Negara dalam hal ini Kementerian Pertahanan.
"Untuk kita mengekspor ini, harus ada tanda tangan di Kementerian Pertahanan, kalau enggak ada izin kita enggak boleh ekspor," ucap Bobby.
"(Konflik Israel-Palestina) belum diklasifikasikan oleh dewan keamanan PBB. Kalau dewan keamanan PBB menyatakan ini konflik kemanusiaan, mereka melarang kita akan masuk," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.