Ramson Siagian Tegas Menolak Usulan Cetak Uang
Awal Januari 2020 masyarakat dan para pemimpin dunia tertegun melihat muncul dan berkembangnya virus corona di Wuhan, China. Ada yang memberikan simpa
Editor: Content Writer
Otomatis defisit fiskal semakin melebar. Menteri Keuangan menyampaikan bahwa defisit fiskal, defisit APBN 2020 akan mencapai Rp 852, 9 triliun atau sekitar 5% dari PDB.
Ini jelas akan memerlukan pembiayaan yang besar dan otomatis akan menambah jumlah utang yang besar pula. Menteri Keuangan menyampaikan outlook pembiayaan utang pada 2020 yang antara lain untuk peningkatan belanja stimulus dampak covid-19 serta warisan utang tahun tahun sebelumnya, dengan struktur yang disampaikan,
Pembiayaan Defisit Rp 852,9 T
Pembiayaan Investasi dll (net) Rp 153,5 T
Pembiayaan Utang Neto (1) + (2)
Rp1.006,4 T
Utang Jatuh tempo Rp 433,4 T
Pembiayaan Utang Bruto (3) + (4) Rp 1.439,8 T
Sumber Pembiayaan Utang
Rp 1.439,8 T
1. Penerbitan Pinjaman Rp 150,5 T
2. Penerbitan SBN Rp 1.289,3 T
Dikurangi,
-Realisasi s.d. 31 Maret 2020 Rp 221,4 T
-Program Pemulihan Ekonomi Nasional Rp 150,0 T
-Penurunan GWM Pebankan Rp 105,0 T
Total SBN Financing Rp 812,9 T
+spn /S Jatuh Tempo 2020 Rp 43,9 T
Penerbitan SBN Q2 s.d Q4 Rp 856,8 T
Dari sisi kebijakan moneter dampak ekonomi covid-19 juga memerlukan penyesuaian yang cepat. Pada sekitar akhir Maret dan awal April 2020 mungkin antara lain dengan merebaknya isu isu cetak uang respons market cukup memperlemah posisi rupiah dan sempat mendekati Rp 17.000,- per USD.
Tapi dengan berhasilnya pemerintah memperoleh utang dengan menerbitkan obligasi Global Bond sebesar USD 4,3 miliar, dan pada saat bersamaan Bank Indonesia mengupayakan Quantitative Easing dalam bentuk operasi moneter ( bukan mencetak uang) untuk meningkatkan likuiditas dengan melakukan Pembelian SBN pemerintah dari pasar sekunder Rp 166, 2 triliun, Term Repo Perbankan Rp 137, 1 triliun, Penurunan GWM Rp 53 triliun dan Rp 102 triliun, serta tidak mewajibkan tambahan Giro bagi yang tidak memenuhi PLM Rp 15,8 triliun.
Total sebesar Rp 503,8 triliun, serta posisi cadangan devisa yang membaik, dan upaya kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia berhasil memperoleh Repo line dari The Federal Reserve sebesar USD 60 milyar, bersamaan dengan kombinasi tindakan tindakan tersebut posisi rupiah kembali ke posisi sekitar Rp 15.000,- per USD. (*)